hingga sekarang dia belum mau memberitahuku itu adalah darah siapa atau darah apa. “Masih ngambek hmmm?” Ucapnya tiba-tiba memelukku dari belakang dan menciumi leherku dengan nakal. “Kamu kemarin berantem kan? Berantem sama siapa Al? kalau nggak kamu kasih tahu aku nggak mau ngomong sama kamu.” Balasku berusaha memaksanya. Aku sejujurnya ingin tahu karena mengkhawatirkannya. Sekujur tubuh Alden memang tidak ada luka tapi aku takut dia memiliki masalah berat yang membebani pikirannya. “Kemarin bilangnya nggak mau ngomong dan sekarang masih ngomong.” Kekehnya geli. Kemudian kepalanya maju dan mengecup pipiku. “Ya sudah aku ikut ke kantor.” Rengekku. Aku memutuskan menyerah untuk mencaritahu tentang darah itu karena Alden seperti bersikeras tidak mau memberitahuku. Mungkin dia memiliki ala