“Kopinya.”
Abi menoleh, lalu tersenyum pada wanita yang baru saja meletakkan satu cangkir ke atas mejanya. Pria itu menghentikan kegiatannya, kemudian memutar kursi beroda yang sudah setengah jam ia tempati—agar bisa melihat dengan jelas sang istri.
“Terima kasih,” ujar Abi, yang kemudian meraih sebelah telapak tangan Karin. Menariknya dengan lembut.
Karin membalas senyum Abi. Suaminya benar-benar bekerja keras. Pulang kerja, Abi sering menghabiskan waktu di dalam ruang kerjanya. Mengerjakan proyek-proyek yang didapat untuk biro arsiteknya sendiri. Beruntung, karena Abi memiliki seorang teman yang bisa ia percaya untuk mengurus bironya di Yogyakarta, sementara ia sendiri masih menyelesaikan beberapa proyek terakhirnya mersama Bimo CS.
Abi sudah mempersiapkan Rinda—asistennya, untuk bis
