"Hm? Maksudnya??" tanya Lily dengan raut wajah kebingungan. Rainer bergeming sambil memandangi Lily. Sebelum akhirnya sunggingan senyum ia ciptakan. "Tidak apa-apa. Ayo berangkat. Nanti kamu terlambat." Rainer pergi mengambil ponsel miliknya yang berada di atas nakas. Sementara kini, malah Lily yang bergeming. "Ayo sayang. Kita berangkat," ajak Rainer dengan lembut dan sambil merengkuh pinggang Lily, lalu membawanya keluar dari dalam kamar. Sesampainya di bawah. Lily menghela napas berat. Ia menahan napas, saat memasuki ruangan makan dan kembali dipertemukan dengan orang-orang, yang membuatnya canggung. Namun, seperti biasa. Rainer selalu berusaha untuk membuatnya senyaman mungkin. Tak peduli, bila sang ayah memberikan tatapan tidak sukanya terhadap Lily. Bukan hanya status sosial y