Tepat hari ini adalah satu bulan pernikahan antara Rendra dan Mawar. Hingga satu bulan lamanya, hubungan mereka masih tetep seperti itu. Tidak ada kemajuan sama sekali, malah terkesan jalan di tempat. Atau malah ... semakin renggang?
Hal ini sudah diketahui oleh Mirna, Desri, dan Herman. Secepatnya mereka harus bertindak, untuk membuat mereka dekat. Jika tidak, semuanya akan sia-sia. Iya, usaha mereka hingga sampai saat ini akan menguap begitu saja. Hilang tanpa jejak.
"Jadi gimana, apa yang harus kita lakukan?" tanya Herman saat mereka bertiga sedang berkumpul di ruang keluarga milik Desri.
Hari ini rencananya Herman dan Mirna akan kembali ke Jakarta. Dan meninggalkan Desri seorang diri. Meski sempat beberapa kali mereka pun membujuk Desri agar ikut dengan mereka, tapi sia-sia. Janda cantik itu tetap dengan pendiriannya.
"Sebentar lagi kan ada acara anniversary pernikahan kita ya, Pa?" tanya Mirna pada Herman.
"Iya. Kenapa, Ma? Mau liburan kemana kali ini?"
Plak
Satu pukulan mendarat di lengan suaminya.
"Masih sempet-sempetnya mikirin liburan? Di saat pernikahan anak kita lagi kayak gini? Pikiran Papa itu kenapa, sih?"
"Ya takutnya kan ...."
"Udah diem!" bentak Mirna pada suaminya. Langsung membuat Herman terdiam tak berkutik.
"Jadi, apa rencana kamu, Mir?"
"Jadi gini, berhubung sebentar lagi anniversary pernikahan kita. Kita mau ngadain pesta kecil-kecilan aja, di rumah. Ngundang kerabat aja, sama temen-temen. Nah, di situ kita mulai deh rencana kita."
Desri dan Herman saling pandang. Menunggu kelanjutan rencana istrinya.
"Nanti, kita masukin obat ke dalam minuman mereka."
"Obat?" tanya Desri dan Herman berbarengan.
"Iya, obat perangsang!"
Duar!!
Desri dan Herman terkejut saat mendengar rencana Mirna. Bagaimana tidak? Obat? Perangsang? Astaga, bahkan mereka tidak pernah mengira Mirna akan menggunakan cara seperti ini.
"Ma, rencana mama ini agak keterlaluan nggak, sih?"
"Nggak! Kita buat keduanya mabuk! Kita masukin obat itu ke dalam sampanye mereka!" ucap Mirna dengan semangat.
"Tapi nggak apa-apa, kan?" tanya Desri was-was.
"Gimana apanya, Des?"
"Iya itu. Mawar minum begituan. Nggak apa-apa, kan?" tanya Desri takut-takut.
"Nggak apa-apa, kok! Aman!" Desri tersenyum meyakinkan. "Pas mereka mau malam pertama juga, aku kira si Rendra bakalan bobol gawang, tau nya nggak! Padahal si Mawar udah aku kasih obat tidur."
"Hah?" pekik Herman dan Desri berbarengan. Terkejut karena mendengar pengakuan istrinya itu.
"Iya, aku masukin obat tidur ke minuman Mawar. Biar dia nggak sadar pas dia lagi di apa-apain sama suaminya. Tapi sayangnya si Rendra itu nggak ngapa-ngapain!"
Astaga, Desri dan Herman sampai geleng-geleng kepala saat mendengar pengakuan Mirna barusan. Ternyata, Mirna itu penuh dengan kejutan ya.
"Anniversary pernikahan kalian kapan?" tanya Desri pada sahabatnya.
"Kira-kira seminggu lagi. Kenapa?" tanya Mirna heran.
"Pas banget, lagi masa-masa suburnya Mawar!" Kali ini gantian, Desri yang berucap dengan semangat.
"Hah? Serius, Des?"
"Iya! Kalo ga salah, sekarang dia pasti lagi PMS!"
"Coba kamu tanya dulu, Des!" suruh Mirna pada sahabatnya.
Dengan cepat Desri pun segera mencari kontak anaknya, lalu memanggilnya. Cukup lama mereka menunggu, hingga akhirnya panggilannya diterima oleh Mawar.
"Halo, Ma?" sapa Mawar pada mamanya.
"Iya, halo, Sayang."
"Iya, ada apa, Ma?" tanya Mawar heran. Pasalnya baru satu jam yang lalu dirinya menelpon mamanya.
"Nggak ada apa-apa, sih. Cuma mau nelpon aja," dalih Desri.
Sedangkan Mirna duduk di dekat Desri, menempelkan telinganya pada telepon yang sedang digunakan oleh Desri.
"Oh ... gitu?" Desri memastikan, sambil tangannya tetap mengocok adonan yang akan ia buat desert.
"Ngomong-ngomong, kamu lagi ngapain? Itu kayak suara mixer, kan?"
"He-he-he, iya, Ma. Mawar mau bikin desert buat cemilan. Kan lumayan, dari pada diem aja nggak ada kerjaan." Mawar berbohong dengan sangat lancar.
"Wah, enak tuh!" puji Desri pada anaknya.
"Iya, Ma he-he-he."
"Kenapa nggak jualan aja? Kan lumayan hasilnya, bisa buat nambah-nambah beli skincare."
Mirna menoel lengan Desri. Sepertinya wanita itu lupa dengan tujuan awal dirinya menelpon Mawar.
"Tanyain, dia lagi PMS apa nggak," ucap Mirna dengan isyarat.
"Oh iya! Kamu lagi PMS, Nak?" tanya Desri langsung.
"Iya, ko Mama tau?"
"Iya, mama inget aja. Biasanya kan kalo lagi PMS, perut kamu sakit." Desri pintar berdalih ternyata.
"Iya, aku PMS udah ada tiga hari, Ma. Sakit banget emang, tapi aku langsung bikin jamu kunyit asem ko."
"Iya, syukurlah kalo gitu. Ya udah, mama tutup ya telponnya."
"Iya, Ma."
Setelah selesai menelpon, Mirna langsung kepo.
"Gimana?" tanya wanita itu dengan semangat.
"Iya, bener. Dia lagi PMS, udah tiga hari katanya. Bentar lagi kelar ko."
Mirna manggut-manggut, mengerti. Dia yakin dengan rencananya ini, semoga nggak gagal katanya.
"Bagus, pas lagi subur-suburnya itu. Semoga aja, sekali tusuk bisa langsung jadi ya, Des. Biar kita bisa nimang cucu kita."
"Iya, semoga aja ya, Mir."
*************
Sedangkan di apartemen, Mawar sedang sibuk-sibuknya membuat desert untuk langganannya itu. Dia bahkan sudah tidak bisa menerima orderan dari orang lain lagi. Orderan dari wanita yang bernama Mesya saja sudah membuat dirinya keteteran!
Saat dirinya sedang sibuk membuat desert, tiba-tiba ponselnya kembali berdering.
"Ah, siapa juga yang nelpon?" keluh Mawar sambil mengambil ponselnya, lalu menekan tombol berwarna hijau.
"Iya, halo."
"Nanti malem masak ya." Terdengar suara laki-laki.
Mawar menjauhkan telponnya, melihat siapa yang menelepon. Ternyata si setan.
"Emang tiap malem juga aku masak, kan?"
"Iya, maksudku masak agak banyak -" Rendra menjelaskan.
"Mau ngapain? Lagian yang makan cuma kita aja," potong Mawar sambil menghias desert-nya dengan menggunakan kacang almond.
"Dengerin dulu makanya!" bentak Rendra kesal.
"Terus?"
"Nanti malem si Max mau makan malem bareng kita," jelas Rendra pada istrinya. Istri? Iya, istri!
"Ngapain? Emang di rumah dia ga masak atau gimana?" tanya Mawar dengan maksud terselubung. Masalahnya, jika dia akan memasak juga, tentu saja waktunya tidak akan cukup!
"Ga tau gue juga! Udah, masak aja pokonya. Masak yang enak-enak pokonya!" titah Rendra sebelum akhirnya memutuskan panggilan itu secara sepihak.
Setelah panggilan terputus, Mawar mendengus kesal. Bagaimana ini? Apakah dirinya bisa menyelesaikan semua ini? Iya, dia harus bisa menyelesaikan semuanya dengan gerak cepat!
Setelah itu, Mawar pun berubah menjadi wonder woman. Dan menyelesaikan semuanya dengan secepat kilat.
********
"Puas?" tanya Rendra pada sahabatnya, Max. Yang kini sedang bersandar pada meja kerja milik Rendra.
"Iya, puas! Nah, dari dulu kek ngajakin gue makan di apartemen Lo!" cibir Max pada Rendra.
"Ini sih bukan ajakan. Tapi pemaksaan, ya!" ucap Rendra kesal.
"He-he-he, lagian kalo Lo ga dipaksa, susah."
"Cih!"
Iya, Rendra dipaksa oleh Max agar sahabatnya itu mau mengundang dirinya untuk makan malam bersama pengantin baru itu. Dengan berbagai ancaman, akhirnya Rendra pun mau.
Dia mau mengajak Max untuk makan malam di apartemennya, agar laki-laki itu tidak akan ribut terus. Max tidak akan menyerah dengan apa yang ia inginkan. Dia akan gigih, mendapatkan apa yang dia mau, melakukan apa saja agar keinginannya terwujud. Apakah termasuk untuk memiliki Mawar, istri sahabatnya sendiri?