18

1177 Kata

Ical bingung, tapi tetap melajukan mobilnya menjauh dari garasi rumah. Kalau sampai dia tetap di rumah, pasti Surya akan semakin marah padanya. Setelah sudah cukup jauh, Ical berhenti di tepi jalan. Dia berpikir keras tentang apa yang akan dia lakukan sekarang. “Gimana ini? Dua-duanya penting buat aku. Aku harus pilih yang mana?” Ical pusing dan dia pun mencengkeram kuat kepalanya yang berdenyut. Tanpa disangka, telponnya berdering. Sesaat Ical menoleh dan dia pun tersenyum penuh kemenangan, seperti mendapat sebuah undian berhadiah. “Ya Tuhan, terima kasih. Engkau baik banget sama aku. Langsung kirim bala bantuan yang aku butuhin,” gumam Ical penuh semangat. Tanpa pikir lagi, dia segera mengangkat telpon tersebut. “Harry, kebetulan banget kamu telpon. Kamu tolong pimpin meeting pag

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN