60. Sedikit Lagi

2114 Kata

“Sakit atau enggak, Mas?” tanyaku siang itu ketika mengobati luka di bibir serta memar di pipi Mas Dhika. Meski tidak lebar, tetapi jelas sekali kalau bibir itu agak robek. Memarnya juga kini mulai agak membiru. “Kalau saya bilang enggak sakit, itu jelas bohong. Tapi kamu tenang aja, saya enggak papa.” Aku menatap ke kanan, tepatnya ke arah pintu belakang rumah Mas Dipta yang terbuka lebar. Setelah memukul, dia sempat memberikan kotak P3K untuk mengobati. Memang aneh manusia itu. Dia yang melukai, tetapi dia pula yang peduli. Dia pikir aku akan memaafkannya begitu saja? Tidak. Awas saja! Aku pasti akan membalasnya! “Kenapa, Sya?” Mas Dhika meraih tanganku, lalu membawanya turun. “Salepnya cukup.” “Awas aja pokoknya! Saya bakal balas dendam ke Mas Dipta.” “Enggak perlu.” Mas Dhika men

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN