*** “Bibi Julie…” Jihan bergumam pelan, suaranya bergetar. Julie, wanita paruh baya itu, dengan lembut mengusap wajah Jihan menggunakan tisu basah yang diberikan oleh pelayan. Ia berusaha membersihkan ludah Alea yang mengotori kulit mulusnya. Air mata Julie yang menggenang di pelupuk mata kini mengalir deras di pipi. Tangisnya bukanlah tangis haru, melainkan tangis yang menyesakkan d**a, sebuah ungkapan rasa sakit yang tak tertahankan. Kembali, ia harus menyaksikan berbagai penderitaan yang dialami oleh wanita yang ia asuh sejak bayi itu. Julie menatap memar di pipi Jihan, lalu perhatiannya beralih ke sudut bibir yang terdapat bercak darah segar. Dengan hati-hati, ia mengambil tisu basah yang baru dan membersihkan bekas darah tersebut. “Kapan… kapan kamu bisa hidup tenang dan bahagia,