Suara Amelia pecah, tangannya meremas tangan neneknya lebih erat. Namun sang nenek hanya menggeleng pelan. “Cukup, Amelia. Jangan biarkan rasa takutmu menguasai. Kau sudah melindungi nenek sejauh ini. Kau sudah lebih kuat dari yang kau kira.” “Tapi…” Amelia menatap wajah tua itu, matanya berlinang. “Aku tidak bisa kalau kehilangan nenek. Aku tidak peduli kalau aku yang jadi korban, asal jangan nenek…” Nenek tersenyum, meski ada genangan air di matanya juga. “Kau pikir nenek sanggup melihat cucu kesayangan nenek hancur? Kau pikir nenek akan diam saja kalau sesuatu menimpa kamu? Jangan bicara begitu, Nak. Kita saling menjaga, sayang. Itu yang membuat kita tetap bertahan.” Amelia tersentak, lalu terdiam. Kalimat itu menghantam hatinya. Untuk pertama kalinya sejak dia menelepon Lucy, napas

