Dengan berat hati, Amelia mengangkat wajahnya. Mata mereka bertemu—mata kelam Matteo yang masih menyimpan bara amarah, dan mata Amelia yang basah, dipenuhi ketakutan dan kelelahan. Matteo menarik napas panjang, menahan sesuatu yang bergolak dalam dirinya. “Preman-preman itu suruhan seseorang, kan?” Amelia terkejut, Matteo langsung bisa menebaknya. Tapi itu menunjukkan kalau dia tidak sempat bertemu Monica. “Kamu tahu siapa orangnya?” kejar Matteo. Amelia mengangguk. “Adik tiriku.” Matteo di sampingnya menggeram. Tangannya mengepal, marah sekali. Sayang wanita itu tidak berada di rumah itu. Kalau tidak nasibnya akan sama dengan kedua preman itu. Matteo tidak pernah memberi ampun pada siapapun yang mengusik miliknya, dan Amelia adalah miliknya sekarang, walaupun dia sangat menyebalkan.

