Ruang rapat lantai paling atas The Hayes Enterprises seperti biasa dipenuhi atmosfer dingin dan penuh wibawa. Dinding kaca besar menampilkan panorama kota, namun Matteo duduk di kursinya tanpa menoleh sedikit pun ke luar. Jas hitamnya terpasang sempurna, dasinya lurus, posturnya tegap—seolah tak ada celah bagi kelemahan. Di hadapannya, Liam menata map laporan dengan rapi di meja. Pria itu menghela napas pelan, lalu mulai bicara dengan nada formal. “Semua cabang di Napoli dan Milan sudah terkendali. Tidak ada masalah besar, produksi berjalan sesuai target, distribusi pun stabil.” Matteo hanya mengangguk sekali, singkat. Jemarinya mengetuk permukaan meja, ritmenya pelan tapi jelas menunjukkan pikirannya sedang tidak benar-benar di ruangan itu. “Proyek konstruksi di Palermo juga sudah se

