Malam di penthouse Matteo Hayes terasa sunyi, hanya suara angin yang menampar kaca jendela tinggi yang menghadap ke kota. Lampu-lampu gedung menyala bagaikan bintang yang jatuh ke bumi, namun bagi Amelia, semua itu terasa hampa. Ia duduk di sofa panjang, menatap cangkir teh yang sudah dingin di tangannya. Aroma melati samar-samar menenangkan, tapi pikirannya tak juga tenang. Setiap kali ia memejamkan mata, wajah Monica muncul, dingin, penuh kebencian, matanya menajam seperti belati. Amelia bergidik, jemarinya bergetar sampai-sampai cangkir hampir terlepas. Ia cepat-cepat meletakkannya di meja kaca. Dari kamar sebelah, suara langkah neneknya terdengar, pelan namun mantap. Neneknya masih membawa aura keibuan meski tubuhnya sudah renta. Wanita tua itu masuk ke ruang tengah dengan selimut

