Dizza akhirnya tersadar setelah empat hari berada di rumah sakit. Sekujur tubuhnya terasa remuk. Setiap gerakan kecil yang ia lakukan akan menimbulkan rasa sakit yang teramat. Alhasil ia hanya bisa berbaring dengan pasrah. Dokter yang memeriksa Dizza pun telah keluar. Semua yang menanti Dizza siuman mengucap syukur. Namun sayang, tidak semuanya diperbolehkan masuk oleh Dokter agar tidak mengganggu Dizza. Mereka harus bergantian. Karena kondisi Dizza yang belum memungkinkan untuk bertemu banyak orang. Bunda mendengar Dizza seperti mengucap sesuatu namun tidak bisa ia dengar. Bunda mendekatkan telinganya ke mulut Dizza. "Aaaiiirrr..." Dizza mengucapkannya dengan lirih. "Kamu mau minum?" Dizza mengangguk lemah. Kerongkongannya terasa kering. Ia butuh minum. Bunda mengambil air mineral d