Jangan pungkiri

1012 Kata
Nando melihat kakaknya termenung di depan jendela. Pandangannya jauh menatap sawah sawah di depan halaman rumah mereka. Ia tahu bagaimana sang kakak berjuang untuk hidup keluarga mereka. Tapi kali ini bukan tatapan rasa lelah karena bekerja tapi sesuatu seperti nelangsa asamara. Nando menghampiri sang kakak. " Kenapa kak ? ada masalah ? sekarang aku sudah hampir semester akhir dan aku akan berusaha lulus dengan nilai baik. Aku akan bekerja untuk membantu kakak " ucap Nando. Aya menoleh dan mengungkai senyum. Ia baru saja menerima ucapan terima kasih dari nyonya Richard karena sudah merubah tuan muda Surya yang tadinya dingin pada Vannesa kini menjadi hangat dan perhatian. Ia bingung kenapa pesan yang terdengar santun itu malah seperti menusuk jantungnya. Cahaya menyimpulkan kalau ia dirinya menyukai atasannya itu, karena itulah perasaan cemburu itu mulai bermain dalam hatinya. Ia tak boleh larut dalam keadaan itu. Ia tak ingin berada dalam keadaan seperti yang pernah ia alami. Ia bertekad tak akan terpuruk pada masalah yang sama. Ia harus tau diri, dirinya tak pantas untuk menjadi bagian keluarga konglomerat. Ia sudah membulatkan tekadnya untuk mengundurkan diri. Ia sudah punya cara untuk membayar pinjamannya pada Surya. " Jangan pikirkan itu Do. Kakak akan bekerja untuk kalian " " Sudah saatnya kakak memikirkan kebahagiaan kakak, aku tak mau jadi beban kakak lagi. Kalau kakak sudah punya pasangan, jangan tunda lagi untuk menikah " Aya hanya tersenyum kecil. Ia menekan perasaan perih yang timbul sejak tadi. Kali ini cinta itu jatuh pada tempat yang salah. Tak seharusnya ia mengagumi Surya yang jelas sudah memiliki perasaan pada wanita lain. Ia mendengar curahan hati sang bos yang belum bisa menghapus wanita masa lalunya. Laki laki itu seperti berharap, ada takdir mempertemukan mereka kembali. Sandiwara pacar palsu itu demi kebaikan wanita itu agar tak di buli oleh keluarga suaminya. Apapun Surya lakukan agar wanita itu tak tersakiti. " Tanteee....." seru suara anak kecil yang tiba tiba datang lalu memeluk Cahaya. " Vania ...." balas Aya, ia menerima pelukan gadis kecil yang menghampirinya. Di belakangnya ada dokter Fandi berjalan dengan santai. Nando membalas salam kepalan tangan dokter tampan itu. " Maafkan anak saya bu Aya. dari kemarin dia minta main ke rumah ini tapi saya tahu bu Aya masih sibuk bekerja " ucap dokter Fandi sambil meraih tangan anaknya yang masih memeluk Aya. " Nggak apa apa dok, saya juga kangen bermain dengan Vania " jawab Aya sambil menggendong gadis berusia tujuh tahun itu. Aya mengajak tamunya masuk dalam rumah. Hari ini adik perempuan Aya membawa ibunya kontrol ke rumah sakit. Jadiya Cahaya menyiapkan minuman untuk tamu. " Silahkan diminum pak dokter " Aya mempersilahkan tamunya pagi ini menikmati secangkir teh yang baru ia suguhkan. Dokter Fandi tersenyum dan mengangguk. Ketika ia ingin bicara, ponsel yang terletak di kamarnya berdering. Ia pamit pada tamunya lalu masuk kamar. Ia terkejut melihat catatan panggilan hingga sepuluh kali dari Surya. Aya agak cemas mengangkatnya takut ia kena marah karena terlalu lama merespon panggilan sang bos. " Assalamualaikum pak, maaf tadi saya..." " Aya....saya butuh kamu sekarang " ucap sang bos yang membuat jantung Aya berdetak lebih cepat. " Jangan marah, ini memang waktu libur kamu. Tapi saya tahu hanya kamu yang bisa memecahkan masalah ini " suara sang bos terdengar lemah dan memohon. Tidak tampak aura Surya yang dominan dan arogan. " Maaf pak, saya harus ngapain ? " tanya Aya heran. Ia melihat jadwal pekerjaannya di catatan kecil yang selalu diatas meja kamarnya. " Bukankah kamu dekat dengan Vannesha, saya ingin kamu menyampaikan sesuatu padanya. Ibu saya sudah membuka pada media bahwa pacar rahasia saya itu adalah Vannesha dan ia sudah mempersiapkan pertunangan untuk kami " Aya menyandarkan tubuhnya di dinding. Tak bisa ia pungkiri hatinya saat ini benar benar hancur mendengar berita yang disampaikan Surya. Aya benar benar yakin kalau ia menyimpan perasaan pada laki laki yang jadi atasannya itu. Aya memukul dadanya. " Cahayaa....." panggil Surya lembut, membuat air mata Aya mengalir begitu saja. " Aya...." panggil Surya lagi. Aya berdehem menetralkan perasaan tak menentu yang terjadi sejak beberapa hari yang lalu. " Iya pak " Aya berusaha menyembunyikan suara tangisnya. " Kita akan bicara ini saat perjalanan bisnis besok ke Singapura " " Baik pak " jawab Aya. Surya mematikan panggilan. Aya menutup wajahnya dan membiarkan tangis itu pecah dalam diam. Ia membiarkan air matanya luruh begitu saja. Ia tak bisa berpura pura kuat lagi. Rasa cinta yang baru tumbuh itu harus ia bunuh saat itu juga. Ia tak mungkin bersanding dengan laki laki seperti Surya. Ia harus segera menyerah dan menerima cinta laki laki lain yang lebih mencintainya. Ia pikir tak ada salahnya ia membuka hatinya untuk dokter yang tengah melihat lihat koleksi foto keluarga Aya. Aya mencoba menghibur dirinya bermain dengan Vania, anak dokter Fandi dan itu berhasil. Anak itu yang malah menghibur Aya saat mereka bermain di taman hiburan. Fandi memposting foto saat Vania bermain dengan Aya dan itu langsung terlihat di beranda medsos Surya yang sedang iseng melihat postingan medsos teman temannya. Ia melempar ponselnya sambil menarik nafas panjang. Ia juga mempertanyakan kenapa ia merasa seperti ingin marah saat Fandi mendekati Cahaya, bukankah tak ada salahnya jika ada laki laki menyukai bawahannya itu. Cahaya bukan kekasihnya, ia tak pantas cemburu. " Cemburu ? " tanya Surya pada dirinnya sendiri. Bagaimana mungkin ia cemburu saat Aya di dekati laki laki lain. Tapi perasaan itu benar adanya, ia tak suka jika Fandi berkunjung ke rumah Cahaya. Untuk menghilangkan rasa suntuknya, ia mengajak James untuk minum kopi di sebuah kafe. Ia juga baru saja mendengar curhatan Fandi soal wanita yang ingin ia dekati. James terkejut saat melihat foto Cahaya yang dikirim Fandi. Sesampai di kafe, Surya awalnya tak bercerita apapun soal Cahaya. James sengaja mengeluarkan hpnya dan menunjukan postingan terbaru Fandi. " Pacar palsumu ternyata gebetan si Fandi " ujar James sengaja memancing Surya karena sejak awal ia diajak kerja sama, ia merasa perasaan kedua orang itu bukanlah sandiwara. Tatapan keduanya menyiaratkan sebuah rasa yang belum meraka akui. Surya merebut hp Fandi dan melototi wajah ceria Aya yang sedang bermain dengan Vania. " Akui saja Sur, lo suka sama Cahaya ? "
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN