Cahaya membiarkan dirinya menurut apa yang diinginkan sang bos, asal itu bukan sesuatu yang merugikan dirinya akan ia lakukan. Mereka tidak hanya berdua, ada tiga krue yang dibawa Surya. Dua perempuan dan satu laki laki sang fotografer. Dua wanita itu bertugas untuk styles gaya apa yang akan dilakukan ketika diambil canded foto tanpa memperlihatkan wajah Cahaya.
Mereka memasuki pantai dan para kru tersebut telah paham apa yang harus mereka lakukan. Surya tampak tengah sibuk menerima telpon saat Cahaya diberi sentuhan make up oleh salah seorang krue. Sambil menunggu, Cahaya mengajak para pekerja itu mengobrol. Awalnya hanya obrolan berempat. Tiba tiba dua orang perempuan itu pamit mau ke toilet, tinggallah Aya dan sang fotografer duduk berdua saling berhadapan. Aya memang suka berteman dan sangat mudah diajak bicara.
Surya yang mengamati Tunangan palsunya berbicara dengan seorang laki laki membuat ia merasa tidak nyaman, ia juga tidak mengerti kenapa ia merasakan itu. Ia sangat yakin kalau kedudukan Eidel belum berubah dalam hatinya. Aya tampak kedinginan, fotografer itu membuka jaketnya dan memberikan pada Aya. Aya menerimanya namun ketika Aya ingin mengenakananya, Surya datang lalu mengenakan sendiri jasnya ke tubuh Aya. Ia memberikan jaket James, yang tak lain adalah teman Surya sendiri. Ia mengulum senyum saat Surya mengembalikan jaketnya. Surya sudah menjelaskan kalau ia hanya menjadikan Aya sebagai alat untuk menutupi skandal yang telah membuat buruk reputasinya dalam dunia bisnis.
Dua orang wanita yang jadi Mua tersenyum melihat keromantisan klien mereka. Mereka tak tahu kalau mereka hanyalah pasangan pura pura.
" Sorri Sur " ucap James merasa bersalah. Aya menatap keduanya dengan kebingungan, nampak jelas tatapan tak suka Surya pada sang fotografer.
Setelah sesi foto selesai. Surya meminta Aya untuk menemaninya menikmati malam yang saat itu penuh bintang.
" Pak, kenapa bapak tak mau mencoba menjalin hubungan dengan Vannesha, saya kira dia gadis yang baik. Sudah saatnya bapak memikirkan masa depan bapak " ucap Aya setelah beberapa lama saling diam. Surya menoleh lalu kembali menatap langit. Ia tak menanggapi kata kata Aya.
" Jangan pernah masuki ranah pribadi kehidupan saya Aya, cukup lakukan apa yang saya minta "
" Oo...baik" hanya itu tanggapan Aya. Lalu ia diam lagi. Ia kembali melihat langit sama hal dengan sang atasan. James mengambil momen itu. Seperti tidak ada kepalsuan di sana.
" Aku mau bantu biaya kursus Nando, kata Nando kamu larang hal itu, kenapa ? " tanya Surya sambil melirik ke arah Aya yang masih tengadah ke langit. Surya menelan ludahnya dibawah cahaya malam, ia melihat aura cantik bawahannya yang tak bisa dipungkiri. Tapi ia segera tepis pujian yang muncul di hatinya.
"Saya mau Nando belajar mandiri pak, ia harus belajar berjuang untuk apa yang dia inginkan jadi nanti ia akan belajar sungguh sungguh "
Surya menghela nafas. Ia seakan larut dengan cerita Nando mengenai wanita di sampingnya. Beberapa kali kehilangan pekerjaan karena difitnah mantan kekasihnya namun tetap berjuang sampai ayahnya, tuan Morgan sendiri yang mewancarai Cahaya saat penerimaan karyawan baru.
Aya pamit ke toilet, sementara ponselnya tertinggal di samping sang bos. Telpon dari Fandi bergetar di layar ponsel Aya. Surya mengambil ponsel itu dan mendengus kesal.
Tak lama ponselnya yang berdering, ia melihat nama Vanessa di layarnya. Tak ia angkat sampai tiga kali panggilan. Aya datang menghampiri dan mencari ponselnya. Surya memberikannya. Kini panggilan Vannesa beralih padanya. Aya segera mengangkatnya. Wajahnya terlihat cemas.
" Tenang, Vannesha. Kami akan segera ke sana " ucap Aya setelah mendengar orang yang menghubunginya bicara.
" Pak, Vannesha dalam bahaya " ucap Aya dengan suara bergetar sambil menyerahkan jas Surya. Ia menarik tangan Surya agar segera masuk mobil. Surya menuruti. Saat mendekati mobil, Surya melihat tangan Cahaya menggenggam pergelangan tangannya. Mereka saling tatap, Aya segera menyadari kelancangannya.
" Maaf pak, saya panik. Vannesha terkurung di ruang arsip " Surya seperti tersadar dengan sesuatu ia segera masuk mobil dan Aya mengikuti. Setelah sabuk terpasang, Surya menghidupkan mobil dan tancap gas. Ia menoleh ke samping teringat bagaimana aksinya beberapa waktu lalu saat ngebut di jalan. Wanita itu di sampingnya begitu panik. Ia mengontrol kecepatannya. Ia melihat Aya yang menutup mata dan berpegang pada bahunya. Ia berdehem.
" Saya akan jaga kecepatan Cahaya, Nggak sampai secepat cahaya juga " ucap Surya sambil menowel pipi wanita di sampingnya. Aya berlahan membuka mata. I melihat mobil melaju dengan tenang. Ia ingin protes.
" Tapi kita harus segera sampai pak, Vannesha banyak kehilangan darah. Kita harus segera ke kantor secepatnya " seru Aya sambil menatap serius sang atasan.
" Pegang kuat kuat " ucap Surya sambil menunjuk bahunya. Aya memalingkan wajah, Ia berpegangan pada Jok dibelakangnya ketika Surya menambah kecepatan. Seperempat jam kemudian mereka sampai di kantor yang telah sepi. Hanya ada beberapa security yang dinas malam. Aya segera masuk dan memberitahukan kalau ada karyawan yang terkurung di ruang arsip. Lift sedang diperbaiki. Aya menaiki tangga darurat diikuti Surya dan security.
" Vannesha.., Vannesha ! " teriak Aya. Security membukakan pintu dan mereka berhamburan masuk. Mereka melihat Vannesha yang terlihat pingsan dengan kaki terluka parah. Aya merobek lengan bajunya lalu mengikat kaki Vannesha agar darah berhenti mengucur dari kaki sekretaris baru itu. Surya segera menggendong Vannesha, dengan bergegas ia dan Aya membawa Vannesha ke rumah sakit. Setelah sampai di rumah sakit Vannesha segera ditangani dokter, Surya menggusar wajahnya kasar. Ia menepuk keningnya.
" Saya yang salah, saya sudah menyuruhnya mencari data beberapa tahun yang lalu dan data itu memang tidak ada " Ia menghela nafas. Cahaya tertegun mendengar penuturan sang bos. Ia tak menyangka laki laki tampan di sampingnya bisa berbuat sejahat itu. Ia tahu kalau Vannesha begitu tergila gila padanya.
" Tidak seharusnya bapak berbuat seperti itu, jangan menghukum orang yang tak bersalah pak. BukanVannesha yang membuat bapak tidak jadi menikah sama Eidel. Tapi memang Tuhan tak menjadikan wanita itu jodoh bapak " Sentak Aya. Surya membalas tatapan Aya. Ia tertohok. Selama ini ia selalu menyalahkan Vannesha atas gagalnya rencana menikahi Eidel.
Cahaya hendak menghindar, menetralkan perasaannya yang tak menentu. Ia mulai menyimpulkan kalau ia mulai menyukai sang bos. Dan itu tidak boleh terjadi. Ia sudah melakukan hal yang salah sebelumnya, ia harus sadar kalau strata mereka jauh berbeda. Ia harus sadar. Ketika ia beranjak Surya menahan tangannya.
" Temani saya, Aya. Saat kamu di samping saya merasa tenang " ucap Surya. Cahaya menghela nafas. Ia menekan perasaan aneh yang muncul di hatinya.
" Aya...kamu harus keluar dari permainan ini secepatnya ! " teriak pikirannya.
Setelah Vannesha di bawa ke ruang rawat inap, Aya pamit pulang. Ia akan naik memesan grab atau sejenisnya untuk pulang tapi Surya mencegahnya. Ia akan mengantar Aya pulang. Cahaya tak bisa menolak, kalau bosnya sudah memberi perintah. Ia terpaksa mengikuti langkah sang bos. Tiba tiba di gerbang rumah sakitm entah dari mana datang wartawan mencegta mereka dengan kamera dan blits yang membuat mata Aya silau.
" Apa benar, pacar rahasia pak Surya adalah nona Vannesha ? " todong mereka. CEO itu tak menjawab. Ia terus berjalan, giliran Cahaya yang ditodong corong micropone mereka.
" Bu Cahaya sebagai tim Humas perusahaan pak Surya, tolong jelaskan apa benar Vannesha itu tunangan yang dirahasiakan pak Surya selama ini ? "
" Maaf, nanti pak Surya sendiri yang menjelaskan " jawab Aya sambil mengikuti langkah sang bos. I masuk mobil, kemudian menghela nafas panjang. Mobil melaju dengan tenang. Terlintas dalam pikiran Aya tentang bagaimana Surya membopong Vannesha, wajah cemas sang bos membuat hatinya menciut.
" Kenapa ? " tanya Surya sambil menoleh ke arah Aya.
" Sesuai ucapan kamu, saya akan menjelaskan semuanya pada wartawan " ucap Surya tenang. Tapi pikiran Cahaya yang sekarang tidak tenang.
Cahaya menutupi wajahnya. Perasaan campur aduk itu semakin menjadi di hatinya. Ia tak ingin wanita lain memiliki laki laki di sampingnya.