Hukuman dari Boss

1415 Kata
Aya mengetuk pintu dan masuk setelah perintah masuk terdengar dari dalam. Ia menarik nafas dan bersikap setenang mungkin. " Pak, ini laporan yang bapak minta, bapak Daffa minta saya menyelesaikanya. Mungkin butuh perbaikan " ucap Aya sambil meletakkan sebuah map ke atas meja Surya. Laki laki itu memperhatikan jari Aya. Ia melihat ke arah Aya sambil melipat tangan di d**a. " Cincinnya kemana ? " tanya Surya membuat Aya menatap jarinya. Bukannya menanggapi laporan Aya. CEO itu malah fokus pada jarinya. " Sudah saya lepas, Besok saya kembalikan cincin itu pada bapak " jawab Aya lancar. " Tidak usah, soal cincin itu terserah kamu. Saya tidak mau melihatnya lagi " Aya terdiam sejenak lalu mengangguk. Ia tak ingin banyak omong di depan bos yang terkenal pelit kata itu. " Baik pak, saya permisi dulu " Aya berbalik namun perintah tunggu dulu membuat Aya menghentikan langkahnya dan berbalik. " Ada apa pak ? " tanya Aya sambil memperhatikan arah tatapan sang bos tepat ke arah dadanya. Ia memeriksa apa ada yang slah disana. " Mana ID Card kamu ? " tanyanya tegas. Aya gelagapan, ia ketahuan melanggar peraturan perusahaan. " Eng...itu sepertinya ketinggalan di mobil bapak " jawab Aya gugup. Ia berharap bosnya itu ingat kalau ia diantar pulang kemarin dan ia tertidur, ia merasa ia menjatuhkan ID Cardnya di atas mobil Surya. " Saya tidak terima alasan kamu yang nggak jelas itu " tanggap Surya ketus. Aya semakin bingung. " Maaf pak, saya akan mencari lagi. Saya akan urus lagi ID Card saya di bagian HRD " Surya tersenyum smirk dan melihat ke arah toiletnya dan serpihan kertas yang baru saja ia sobek sobek. Semua kenangannya tentang mantan yang baru saja mengumumkan kehamilan. " Tolong bersihkan ruangan saya ! " sentaknya yang membuat Aya, ternganga. " Toiletnya juga " ucap Surya saat membuka pintu toilet. Aya menghela nafas, pagi ini sudah diawali dengan cobaan berat ini. Tapi ini karna kesalahannya. Ia harus terima hukuman sang bos. Surya meninggalkan ruangannya. Aya membuka sepatunya. Ia mulai membersihkan serpihan foto foto yang dirobek oleh bosnya itu. Ada sebuah wajah yang Aya lihat dari serpihan, seorang wanita cantik. Beberapa lembar catatan yang menjadi serpihan. Aya berhasil membersihkan ruangan Surya selama lima belas menit lalu ia melanjutkan membersihkan toilet. Ia menghubungi Dito, rekan kerja OB yang biasa menjadi temannya saat berangkat kerja. Mereka selalu bertemu di angkutan umum. " Biar saya saja kak yang mengerjakan " pinta Dito saat memberikan alat pembersih toilet, Aya menggeleng. " CCTV itu akan menambah pekerjaan saya nanti, sudah sana. Ini bukan hal sulit, pergi sana nanti kamu di hukum pak Mamat " ucap Aya sambil membawa alat alat pembersih toilet kedalam toilet yang memang sudah bersih dan harum. Aya melakukan hukumannya dengan baik. Ketika Aya mau keluar, Surya masuk lagi keruangannya. Sepertinya wajah sang bos tidak baik baik saja sekarang. " Semuanya sudah bersih pak " ucap Aya lalu menunduk hormat. Tapi tatapan Surya sepertinya belum puas dengan jawaban Aya. Ia memeriksa mejanya. Bersih. " Ikut saya ! " perintahnya lalu keluar lagi. Aya segera mencari sepatunya, lalu terbirit mengikuti langkah kaki sang bos yang lebar lebar. Aya hampir ngos ngosan saat berusaha mencapai mobil bosnya yang sudah duduk tenang menunggunya. " Kita mau kemana pak ? " tanya Aya saat mesin mobil hidup. Surya tak menjawab, ia terus melaju awalnya tenang dan pelan. Aya menoleh kesamping dan menangkap tatapan dingin sang bos pada jalanan di depan mereka. Tangan itu mencengram kuat kemudi. Tatapannya menyiratkan kemarahan. Aya meremas ujung blazer, firasatnya mengatakan ia dalam bahaya. Makin lama makin kencang. Aya memegang kuat jok dibelakangnya. Aya mulai panik ketika kecepatan Surya tak terkendali. Aya berteriak histeris. " Berhentiiiiiii pak ! Saya belum kawin !" Suara mobil berdecit dan berhenti mendadak. Aya ngos ngosan. " Bapak kalau mau mati aja sendiri, jangan ajak ajak saya. Saya mau nikah, mau punya anak, mau punya cucu. Nggak mati lalu masuk neraka ! " Sentaknya marah. Surya terpana dengan ucapan Aya. " Maaf " ucap Surya lemah. Ia tertunduk lalu mengusap wajahnya. Ia mulai sadar atas emosi yang timbul saat mantannya mengumumkan kehamilan bersama suaminya yang seorang dokter. Ia menoleh ke samping, melihat Aya yang berusaha membuka pintu dengan panik. Gadis itu terdengar terisak kecil. " Buka pintunya pak, saya mau turun " ucap Aya dengan suara menahan tangis. " Cahaya.." panggil Surya lembut. Aya menoleh lalu tertegun dengan tangan yang menyentuh matanya. " Maafkan saya, sekarang saya butuh seseorang yang bisa membuat saya mampu mengendalikan emosi saya. Kamu mau mendengar cerita saya, saya akan bayar dua kali lipat gaji kamu untuk waktu satu hari ini " Aya mengangguk. Ia melihat sisi lain dari wajah bosnya yang terkenal dingin dan tegas. Wajah di depannya benar benar frustasi. " Pilihkan tempatnya ! " ucap Surya lalu kembali menghidupkan mobil. " Bagaimana kalau ke pantai pak " Aya memberikan pilihan. Surya mengangguk lalu kembali menghidupkan mobil. Ia mengeluarkan ponselnya lalu memberikannya pada Aya. Cahaya menerimanya dengan heran. " Lihatlah foto tiga orang ini " lanjut Surya saat mobil sudah berjalan tenang. Aya memperhatikan foto tiga orang bocah yang berfoto di taman bermain. " Nama gadis kecil itu Eidelwess, teman masa kecil saya dan disebelahnya adalah Brian, kami bertiga adalah sahabat " Aya mulai tertarik dengan cerita sang bos, ia menggeser foto demi foto yang memperlihat beberapa momen perubahan ketiga orang itu dalam masa anak-anak dan remaja dan dewasa. Tampak foto foto sang gadis kecil berubah menjadi wanitadewasa yang cantik dan anggun. Rupanya ia adalah seorang pianis, tampak dari vidio konsernya. Tampak Surya memberikan bunga. " Saya dan Eidelwess menjalin hubungan sebagai kekasih sejak kami SMP. Tak ada masalah dengan hubungan itu hingga Eidel dinyatakan mengidap kanker. Saya menerima keadaannya meski keluarga saya menentang. Entah kenapa Brian menyusup diantara kami. Eidel tiba tiba menjadi benci terhadap saya, saya sudah berkali kali minta maaf karena ketidakhadiran saya disampingnya saat saya masih belajar memimpin perusahaan. Ia minta putus. " Mobil kembali berdecit, Brian berhenti mendadak. Tampak sekali ia tengah menghilangkan sesak di dadanya. Aya mengelus keningnya yang terkena dashboard. Ia tak berani protes karna wajah sang bos terlihat nelangsa. Aya melihat mata bosnya basah. Baru kali ini ia lihat Surya menangis, bos yang terkenal gagah seperti tak terkalahkan dalam setiap debatnya dengan lawan bisnis. Kali ini benar benar kalah oleh cinta. " Mereka menikah. Eidel tega mengkhianati cinta saya dan juga Brian si b******k " Surya memukul kemudi. Aya mencoba menepuk bahu sang bos. " Tenang pak, tarik nafas pelan pelan lalu tiupkan. Istigfar pak, wanita bukan hanya Eidel pak. Bapak bisa dapat yang lebih cantik dari Eidel " ucap Aya yang mengira Surya akan tancap gas lagi. Surya menatap wajah Aya yang kecemasan. Wajah itu terlihat lucu dengan mata yang terlihat gelisah. Hati Surya tersenyum melihat wanita disampingnya terlihat berdoa. Entah kenapa, perih dihatinya terasa berkurang. Mereka sampai di pantai. Aya mengikuti langkah sang bos menyusuri bibir pantai. Saling diam sambil menikmati debur ombak. Di depan mereka terlihat sepasang manusia tengah berjalan sambil berpelukan. Aya mengenal sosok laki laki yang ada di depannya. Ia menghirup nafas dalam lalu berusaha berbalik. Surya menoleh kebelakang dan meneriaki Aya yang mulai menjauh darinya. " Cahaya...! ikuti saya " teriakan Surya membuat sepasang kekasih itu menoleh. Aya dan laki laki yang masih memeluk kekasihnya itu sama sama tertegun. Wanita itu tampak mengenal Cahaya. Ia memeluk kekasihnya makin erat. " Sebentar sayang, saya mau bicara dengan Aya karna adiknya sering meneror saya " bisik mantan kekasih Aya. Surya menarik Aya agar mendekat padanya. " Saya ingin bicara dengan pacar anda pak, dia teman saya " ucap mantan kekasih Aya. Aya menatap tajam Aldi tapi demi kenyamanan dan cerita mereka yang belum sepenuhnya usai. Aya mengiyakan. " Nando tidak pernah mengancam kamu lagii kan ? jadi diantara kita tidak ada apa apa lagi tapi kenapa ibu kamu masih sering menganggu keluarga saya. Saya sudah ikhlaskan pengkhianatan kamu " Aya mulai bicara. " Saya tidak ingin kamu jatuh pada laki laki yang salah Aya, kamu jangan berbuat serendah itu menggoda atasan kamu demi uang " PLAAAAK ! sebuah tamparan keras mampir di pipi Aldi lalu Aya menarik tangan Surya agar menjauh dari sepasang kekasih yang membuatnya sakit hati. " Kenapa Cahaya ? " tanya Surya saat Aya memaksa masuk ke mobil lagi. " Kita harus pulang pak ! bapak nggak mau kan lihat saya nonjok orang " jawab Aya ketika mereka sama sama sudah duduk. Surya terpaksa menghidupkan mobil dan menjalankannya dengan perasaan penasaran. Siapa laki laki yang ditampar bawahannya itu. Wajah yang tadi penuh kecemasan, sekarang mengeram menahan kesal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN