Cahaya merapikan meja kerjanya. Ia sekarang resmi diangkat sebagai pengganti atasannya terdahulu. Pak Daffa. Aya baru tahu kalau pak Daffa ternyata adalah paman Surya. Hal itu ia ketahui saat menjenguk atasannya itu. pak Daffa berpesan kalau ia mesti sabar dalam menghadapi keponakannya itu. Laki laki yang belum bisa mengatur emosinya dalam bekerja.
Sebentar lagi ia akan pulang, namun ada satu jadwal yang harus ia cek. Kapan ia harus bertemu Surya untuk sebuah kencan. Aneh, ia harus mengisi story sang bos di ig dengan memposting foto saat bos makan berdua sang pacar bayaran. Tapi yang kelihatan hanya punggungnya saja.
Ponselnya berdering. Telpon dari Surya. Ia berdecak, pasti ia diminta segera sampai di lokasi. Sementara sebagai pimpinan yang baru, ia punya banyak sekali pekerjaan.
" Kenapa belum sampai ? " tanya suara yang semakin akrab ditelinganya.
" Maaf pak, saya harus selesaikan laporan bulan ini "
" Ya sudah, saya tunggu kamu di tempat biasa "
Cahaya keluar dari ruangannya, masih banyak karyawan belum pulang. Mereka masih berkumpul di kubikel. Sepertinya ada yang sedang serius mereka bincangkan. Aya mendengar sekilas nama Surya di sebut dan pacar rahasia.
" Eh...mereka romantis sekali..., pelukan di bawah pohon yang berguguran "
" Coba kita tanya Cahaya, dia kan yang berangkat sama pak Surya ke Eropa " ujar Messy teman Aya. Ia menarik tangan Aya yang hendak masuk lift.
" Apaan sih kalian, aku terlambat ini " omel Aya. Ia terpaksa harus menunggu lift yang lain untuk sampai ke bawah.
" Kamu harus kasih tahu, siapa pacar pak Surya. Kamu kan yang ikut sama pak Surya Aya "
Cahaya menghela nafas, ia harus buru buru menemui bos tertinggi itu untuk sebuah makan malam.
" Aku nggak tahu, kalian tahukan kalau bos kalian itu tipe laki laki dingin, nggak banyak bicara dan super introvert. Saat dia pacaran aku tiduran di hotel ngerti ! " gas Aya sambil melihat ke arah lift yang terbuka. Ia segera masuk dan betul saja, bosnya itu tak sabar untuk bertemu dengannya.
" Buruan Aya, sebentar lagi saya ada jadwal gym "
" Ya...pak, sebentar lagi saya sampai "
Aya setengah berlari keluar gerbang gedung kantornya. Ia menghampiri ojek online yang di pesannya. Langit mendung dan terdengar suara gemuruh. Sebentar lagi akan turun hujan. Meski sudah pakai mantel, tetap saja ada bagian tubuh Aya yang basah. Ia sampai di lokasi dimana Surya sudah menunggunya. Di sebuah private room sebuah kafe. Di samping Surya sudah ada fotografer. Aya melihat menu makanan yang dihidangkan di meja, perutnya sangat lapar. Dari tadi ia hanya makan seadanya, karna banyak sekali laporan yang harus ia periksa.
Surya menunjuk kursi yang bersebelahan dengannya. Fotografer mengarahkan bagaimana mereka bersikap ketika ia akan mengambil gambar. Fotografer menyerahkan sapu tangannya agar Aya bisa mengeringkan poninya yang basah terkena hujan, sebuah deheman keras membuat sang fotografer ciut. Surya sendiri yang melakukannya, ia mengambil handuk kecil dan mengeringkan poni Aya yang basah. Sesaat mereka saling tatap.
Aya merasa jantungnya berdegup cepat. Ia sudah wanti wanti dirinya agar tak terkesan dengan atasannya itu. Cukup pengalaman pahitnya dahulu menjadi pelajaran. Ia tak akan jatuh di lubang sama. Ia cukup tahu diri, status sosialnya tak akan diterima oleh kalangan laki laki kaya itu.
Sesi foto selesai. Surya meminta fotografer keluar karna ia ingin berdua dengan Aya. Tadi Fandi mengabarkan kalau ia berhasil membuat janji dengan Cahaya. Sahabatnya itu mengatakan kalau ia tak akan berjuang memenangkan hati Cahaya.
" Kamu kenal Fandi ? dokter yang praktek dekat rumah kamu itu "
" Ya.., saya sering temani ibu berobat sama dokter Fandi, kenapa pak ? "
Surya tertegun sejenak. Ia mencegah dirinya untuk bertanya lebih lanjut. Bukan ranahnya mencampuri urusan pribadi wanita di depannya. Sementara Aya harus menelan ludah melihat makanan yang enak enak seperti memancing perutnya yang sangat lapar.
" Dia teman saya, saya minta dia mengawasi kesehatan ibu mu " akhirnya alasan itu yang keluar dari bibir Surya. sebuah alasan yang bijak. Puji Surya pada dirinya sendiri. Aya mengulas senyum.
" Terima kasih pak " ucap Aya. ia bertanya pada dirinya. apa boleh ia bertanya, kapan kita akan makan. Tapi sebaiknya ia menunggu perintah sang bos. Dua menit berlalu sepertinya bosnya itu sedang memikirkan sesuatu.
" Makanlah " perintah Surya yang disambut baik Aya. tanpa basa basi ia mengambil piring dan menyendok nasi serta lauknya. Toh di depannya bukan calon tunangan sungguhannya. Ia tak perlu jaim dalam bersikap, ia makan seperti dirinya yang sedang lapar.
Surya belum menyentuh makanan, ada keasikan tersendiri saat ia menyaksikan tunangan palsunya itu makan dengan lahap. Saat menyadari ia diperhatikan Aya tersedak.
" Uhuk..Uhuuuk ! bapak nggak makan ? "
Surya mengulurkan air. Ia tersenyum lalu mengambil piringnya, ia sudah terbiasa dalam keluarganya semua sikap mulai dari mengambil piring sampai mengahiri makan semua harus dilakukan dengan elegan. Aya terpana dengan senyum sang bos. Ia memukul kepalanya dalam imajinasinya, warning keras. Tak boleh terpesona.
Aya terlebih dahulu menyudahi makan, ia memperhatikan sang bos menyendok nasi. Seperti sebuah alur yang telah diatur semedikian rupa. Mungkin berapa detik sendok masuk mulut, punya durasi yang sama. Aya jadi malu sendiri mengingat tadi ia makan dengan bar bar, habis dari tadi siang ia harus menahan lapar karena deadline laporan yang harus ia tanda tangani.
Aya terkejut saat Surya mengulurkan tissu, belum sempat ia mengambil tissu itu. tangan Surya sudah menyentuh tepi bibirnya. Aduuuh...ini adegan yang membuat semua perempuan meleleh.
" Tadi siang kenapa nggak keluar makan siang ? " tanya Surya yang membuat Aya terpana. Ternyata ia diperhatikan sang bos siang tadi.
" Saya harus mengerjakan laporan secepatnya pak, karna saya nggak ingin datang terlambat menemui bapak " jawab Aya sambil tertunduk. Tatapan yang intens itu membuat hatinya berdebar tak karuan.
" Kontrak ini nggak akan nyiksa kamu juga Aya, kamu harus perhatikan kesehatan kamu. Kalau kamu sakit kan perusahaan saya juga yang kena imbasnya " ucap Surya sambil memberikan Aya potongan buah.
" Terima kasih pak " tanggap Aya santun. Ia memperhatikan buah ditangannya. Hampir saja ia membayangkan bosnya itu menyuapinya buah strawberri.
" Bagaimana pendapatmu tentang Fandi ? " tanya Surya tiba tiba.
" Pak dokter Fandi, orangnya baik, ramah dan suka menolong. Saya kagum sama dia, seorang dokter yang punya karir bagus di rumah sakit terkenal memilih buka praktek di pinggiran kota, dimana penduduknya nggak mampu bayar berobat mahal mahal "
" Kalau dia bilang suka sama kamu apa kamu mau terima ? "
" Iya pak. Saya senang sekali kalau ia bilang begitu "
Spontan Aya menjawab dengan jawaban yang membuat bosnya yang sedang minum jadi tersedak.
" Iya. Saya bakal terima, tapi apa dia mau sama saya yang berasal dari keluarga miskin " Aya terpana dengan bosnya yang batuk batuk. Surya menunjuk punggungnya. Aya awalnya belum paham, setelah batuk Surya makin menjadi ia baru sadar perintah sang bos untuk menepuk punggungnya. Aya melakukan dengan rasa cemas.
" Maaf maaf pak, saya tadi nggak paham "
Setelah tenang, Surya menyambar jasnya dan melangkah tergesa keluar ruang private room kafe itu. Meninggalkan Aya yang sedang kebingungan. Ia melihat wajah bosnya itu seperti menahan marah. Aya memeriksa kalimat terakhirnya, apa ada yang menyinggung perasaan bosnya itu. Ia pikir tak ada yang salah dengan ucapannya.
Ia pulang dengan hati sendu. Berkali kali ia menghubungi atasannya itu, tak diangkat. Ia terkejut ketika mobil berhenti di depannya.
" Kak.., masuk " Aya mendengar suara adik perempuannya dari dalam mobil dan seorang laki laki tampan menyembulkan kepala.
" Selamat malam Cahaya " ucap dokter Fandi sambil mengulas senyum. Semua pasiennya pasti sembuh melihat senyum sang dokter. Aya membalasnya, saling balas senyum ini ditangkap oleh kamera adik Aya. Tap ! langsung masuk story ig.