“ Aya, kamu di panggil pak Surya “ Desi sekretaris Surya menegur Cahaya yang hendak bersiap untuk makan siang. Aya mengangguk. Akhir akhir ini ia memang sering berurusan dengan CEO itu untuk menggantikan atasannya yang sedang sakit. Ia rasa penjelasannya pada Morgan telah menjelaskan kesalah pahaman antara ibu dan anak itu. Ia menegaskan kalau ia tidak punya hubungan apa apa dengan anak pemilik perusahaan. Ia hanya berjanji untuk menasehati sang bos untuk tak menyakiti ibunya lagi.
Cahaya mengetuk pintu dan segera disambut dari dalam. Laki laki yang sedang tekun membubuhkan tanda tangan tak meliriknya hanya menyampaikan sebuah perintah.
“ Siap siap, besok kita ada perjalanan bisnis “ ucap Surya tanpa menoleh.
“ Saya ikut bapak perjalanan bisnis ? “ tanya Aya ragu. Ia tidak yakin Surya sedang bicara dengannya.
“ Ya, saya tidak suka pertanyaan yang bertele tele.Kamu sudah kerjakan apa yang diminta pak Daffa kan ? sekarangkan siapkan segala kebutuhan untuk perjalanan kita selama lima hari ke Eropa, Pak Daffa sudah menyiapkan visa untuk kamu, nanti asisten saya yang akan memberikan saat kita berangkat nanti " Aya tak jadi bicara karna Surya mengibaskan tangannya agar ia segera keluar. Aya berbalik dan melangkah dengan bingung. Ia sudah lama diberitahu oleh atasannya kalau sewaktu waktu beliau berhalangan untuk menemani pimpinan dalam perjalanan bisnis maka dirinyalah yang jadi pengganti.
Cahaya tergesa menuju bandara, Tessa membujuknya untuk memakai high heel biar sepadan dengan penampilan Surya yang elegan dengan pantovelnya yang mengkilap. Ia harus tertatih berjalan karena tak terbiasa pakai Heels. Ketika ia melihat Surya yang sedang menunggunya, ia segera mempercepat jalannya. Hampir saja ia terjatuh kalau saja, Surya tak menyambut tangannya. Mereka berpelukan. Aya segera menarik diri agar tak disangka memanfaatkan keadaan.
“ Makanya jalan hati hati “ omel Surya, Cahaya mengangguk dan berusaha mengatur nafasnya.
Saat di atas pesawat, Cahaya memperhatikan arah pandangan Surya ke bangku tak jauh di depan mereka. Ia melihat sepasang suami istri yang sedang berbincang. Tatapan itu begitu sendu. Cahaya menebak, apakah wanita itu Eidelwess seperti cerita CEO itu beberapa hari yang lalu. Cahaya tak berani menegur.
“ Kamu tahu bagaimana mengatasi rasa sedih ? “ tanya Surya tiba tiba, Aya yang sedang asyik membaca buku menoleh.
“ Baca buku humor pak, pasti dijamin bapak tersenyum lagi “ jawab Aya sekenanya, ia menunjukkan buku yang sedang dibacanya. Surya tersenyum tipis lalu kembali menunduk. Sesekali matanya melirik wanita yang tengah bergelayut manja di bahu seorang pria.
Aya mengalihkan pandangan, ia tak ingin menambah beban hati sang presdir yang sedang galau. Ia kembali membaca buku dan tersenyum sendiri karena cerita yang ia baca adalah cerita humor. Aya tertidur dan tak sadar kepalanya bersandar di bahu atasannya, Surya membiarkan hal itu. Perempuan yang tadi ia tatap menoleh dan melihat ke arah Aya. Senyum yang tadi mengembang berlahan pudar. Ia mengangguk pada Surya dan Surya juga membalas anggukan itu.
Aya terbangun dan menyadari kalau kepalanya diatas bahu Surya, ia segera mengangkat kepalanya, namun kepalanya ditahan oleh Surya.
" Maaf Pak " ucap Aya lalu segera menegakkan kepalanya. Sungguh ia merasa malu atas apa yang tak sengaja ia lakukan. Surya melihat buku yang dipegang Aya.
" Boleh saya pinjam " ucap Surya menunjukan buku yang sejak tadi dibaca Aya.
" Silahkan pak " Aya menyerahkan buku itu ke tangan bosnya.
Entah dibaca atau tidak, Cahaya malah melihat wajah Surya yang terlihat sedang menganalisa neraca bursa saham. Tiba tiba tertawa pecah dan menyita perhatian beberapa penumpang disamping mereka. Aya segera menutup mulutnya. Ia menahan wajahnya agar terlihat biasa lagi, terpaksa ia merunduk agar tak terlihat sedang menertawakan sang bos.
Surya merasakan suara tawa disampingnya membuat sesuatu yang perih berlahan memudar. Ia menoleh pada Aya kemudian meletakkan buku ke pangkuan bawahannya itu.
" Nanti ceritakan saja pada saya apa isi bukunya " bisik Surya.
Mereka akhirnya lepas landas. Benar saja, sepasang suami istri yang ditatap Surya adalah teman kecil yang dikaguminya sejak lama. Surya mengenalkan Cahaya sebagai karyawannya. Rupanya Eidelwess sedang ngidap ingin merasakan musim gugur di Eropa.
" Kalau ada waktu mampirlah ke villa kami Sur, kamu masih ingatkan pengalaman kita saat bermain bersama di sana " ucap suami Eidelwess. Surya mengangguk.
" Jaga diri baik baik buddi..." ucap Eidel sambil melambaikan tangan, entah kenapa Aya merasa ada tatapan aneh dari Eidel padanya. Sejak ia mengenalkan nama, tak sekalipun Eidel mengajaknya bicara. Ia sibuk menceritakan bagaimana senangnya ia merasakan pengalaman jadi ibu baru.
Setelah mereka terpisah dan Surya membawanya ke sebuah hotel. Cahaya sibuk memeriksa ponselnya yang sedikit terkena masalah. sebelum berangkat, ia menjatuhkan ponsel itu.
Ia tak tahu bagaimana menghubungi Surya yang ia yakin ada di presiden suit di hotel yang mereka sewa. Ia terkejut dengan ketukan pintu. Ia membukanya dan melihat sang bos yang telah rapi dengan stelan jasnya. Sepertinya malam ini ia akan ada pertemuan.
" Istirahatlah, besok kita akan pergi ke suatu tempat " ucap Surya.
" Tapi pak, hp saya rusak " jawab Aya sambil menunjukan hpnya. Surya mengeluarkan hpnya lalu menyerahkan pada Cahaya.
" Pakai ini saja, kodenya adalah ulangtahun mu "
Cahaya ternganga. Bagaimana atasannya membuat kode pembuka kunci hp adalah ulang tahunnya. Surya lalu pergi. Ia memeriksa hp yang diberikan Surya, benar saja semua isi hp itu adalah tentang dirinya. Banyak candid saat ia bekerja, saat ia sedang berbelanja dan saat mereka tengah duduk bersama di kafe. Ia baru ingat tentang sandiwara Surya pada ibunya. Ia dijadikan alat agar sang ibu marah marah. Benar benar niat untuk membuat sandiwara cinta.
Keesokannya setelah acara yang mereka selesai, Surya mengajaknya berjalan jalan di bawah pepohonan yang tengah berguguran. Kali ini Cahaya ingin menunjukan kemarahannya.
" Pak.., apa klarifikasi saya tidak cukup. Kita ini tak ada hubungan apa apa, Kasihan diri saya pak, saya akan dibenci ibu bapak yang tak sudi punya menantu seperti saya "
" Saya kan sudah bilang Aya, saya akan bayar semua itu. Cukup kamu jalani sandiwara ini. Kamu akan menyelamatkan saya dari keinginan mama untuk menjodohkan saya dengan wanita wanita yang tidak saya suka "
Aya menghela nafas kasar. Ia menyerahkan ponsel Surya lalu berjalan dengan cepat. Ia lupa kalau ia bukan berada di dalam negri.
" Cahaya ..! cahaya !...Aya...tunggu ! " teriak Surya, namun Aya mengikuti amarah hatinya. Ia berjalan tak tentu arah dan bersembunyi ketika mereka hampir terpisah. Aya menikmati sore di kota yang tak dikenalnya. Tiba tiba ia sadar ia sudah tersesat dan tak ada petunjuk yang ia miliki.
Ia mulai merasa ketakutan, ini perjalanan pertamanya ke luar negri. Ketika ia hampir menangis, mencari sosok yang akan membawanya kembali pulang ke hotel.
Ia hampir menjerit ketika sebuah tangan menariknya dan memeluknya.
" Ini saya " ucap Surya sambil menenangkan Cahaya yang tengah menggigil karena ketakutan. Surya pernah mendengar trauma yang dialami Cahaya saat kecil. Ia ditiinggal dikeramaian oleh sang ayah. Ia mendengar cerita Nando tentang Cahaya saat mereka latihan bersama.
" Saya tak akan pernah meninggalkanmu, Cahaya " Surya mengelus kepala Aya. Aya menangis sesegukan di bahu atasannya. Ia lupa dengan kemarahannya tadi.