Hari masuk kerja, membuat Cahaya kembali sibuk. Hari ini ia diutus atasannya untuk menyelesaikan laporan yang cukup banyak. Kemungkinan malam ini ia akan lembur. Hal itu tidak ada masalah bagi Cahaya karna ia akan menginap di rumah temannya yang tidak jauh dari kantor.
Sementara Surya setelah selesai meeting harus meeting lagi dengan sang ayah. Pimpinan tertinggi di perusahaan. Ia sudah tahu apa yang akan dibicarakan sang ayah. Pasti mengenai laporan sang ibu tentang kedekatannya dengan seorang perempuan yang tidak sekelas dengan mereka. Wanita itu bukan ibu kandungnya melainkan adik dari ibunya yang naik ranjang setelah ibu Surya meninggal. Kegagalan hubungannya dengan Adelia, salah satunya karna ibunya yang pernah mengejek Eidel di sebuah acara. Eidel memang tidak sekaya mereka tapi ayah Eidel termasuk dalam jajaran pengusaha sukses. Ibu Surya ingin menjodohkan Surya dengan anak sahabatnya namun Surya mengatakan ia hanya mencintai Eidel.
Entah apa yang terjadi saat Surya merasa hubungannya semakin dekat dan Eidel hampir menyetujui pernikahan mereka. Eidel tiba tiba menerima pinangan anak teman ayahnya dan Surya harus hancur melihat pernikahan teman kecilnya. Sejak itu ia membenci ibu sambungnya itu. Makanya ia akan memakai Aya untuk membuat Rachel semakin sakit hati.
" Siapa gadis itu ? " tanya Morgan pada anaknya. Ia melihat foto foto yang dikirimkan istrinya. Ia merasa pernah melihat sosok Cahaya di suatu tempat.
" Anak Divisi SDM " jawab Surya acuh sambil memainkan pena ditangannya.
" Kenapa harus dia ? papa hanya ingin kamu jangan jadikan dia alat balas dendammu pada mama " Morgan berdiri dan mendekati sang putra sulung.
" Apa salahnya dia pa ? kenapa mama harus sakit hati kalau aku punya hubungan dengan orang biasa. Aku tahu mama juga dulu bukan dari keluarga kaya tapi karna dia cerdas dan pandai menjalankan perusahaan makanya papa jatuh cinta sama mama, iya kan " Morgan tertegun dengan ucapan sang anak, ia tersenyum. Teringat dengan kisah cintanya dengan istri pertamanya. Ia menepuk bahu Surya.
" Maaf kan ibumu, tidak seharusnya kami ikut campur dalam urusan asmaramu. Tapi kamu jangan sampai salah pilih. Karna pernikahan itu sebaiknya sekali seumur hidup dan kalian harus mengenal kelebihan dan kekurangan masing masing "
Surya hanya memandang langit, ia juga sebenarnya bingung dengan tindakannya. Kenapa ia harus melibatkan seorang wanita tak berdosa untuk masuk dalam sandiwara yang ia buat. Ia terkejut ketika Aya tiba tiba muncul di hadapannya. Ternyata Morgan memerintahkan seseorang memanggil Aya. Kedekatan Surya dengan Cahaya langsung diselidiki Morgan.
" Silahkan duduk, benar kamu Cahaya Senja ? " tanya Morgan. Cahaya yang bingung kenapa ia harus dipanggil oleh pimpinan perusahaan. Sementara ia hanya karyawan biasa bukan pimpinan divisi yang biasa berurusan dengan para petinggi tersebut.
" Ya pak..." jawabnya gugup.
Surya yang langsung sadar maksud ayahnya memanggil Aya. Ia segera menarik tangan Aya keluar dari ruangannya dan membawanya ke roof top.
" Ada apa pak ? saya ada salah apa ? " tanya Aya bingung, saat ia di cari asisten Surya ia bingung kenapa ia harus menghadap petinggi itu.
" Kamu butuh uangkan untuk sekolah adik adikmu, untuk biaya pengobatan ibumu, untuk melunasi utang utang ayahmu, saya akan memenuhi semuanya asal kamu ikuti perintah saya "
" Maksudnya pak, saya nggak ngerti ? " Aya mengerutkan kening, wajahnya pucat. Ia dari tadi belum sarapan karna terburu buru ke kantor dan di kantor ia diberi setumpuk tugas.
" Kita lanjutkan soal cincin itu, kamu akan jadi tunangan saya. Jadi ketika papa menanyakan apa kita saling mencintai, kamu tinggal jawab iya " Surya mengeluarkan pena dan kertas dari dalam jasnya dan menuliskan sejumlah angka diatas kertas yang dipegangnya dan memberikan pada Aya. Aya terpana memandang kertas itu dan menggeleng. Ia merobek robek kertas itu dan memandang Surya dengan tatapan tajam.
" Meski saya susah, saya nggak akan tergiur dengan uang bapak. Saya sendiri yang akan mencari uang untuk apa yang bapak sebutkan tadi, maaf " Aya berbalik dan berjalan cepat menuju pintu masuk gedung. Tapi Surya berhasil mengejar dan menahan Aya.
" Aya, dengar dulu. Saya mohon pertolongan kamu. Nenek saya di rumah menyukai kamu, setelah saya cerita tentang kamu dan kalau tahu cerita saya bohong. Dia bisa pingsan dan mungkin koma. Jadi jangan bongkar kebohongan ini di depan papa "
Aya menahan langkahnya. Matanya mencari kejujuran di mata Surya. Mata itu menunjukan kepolosan, benar benar tatapan yang memohon.
" Baik, jika itu bapak mau. Tapi saya tidak akan bersandiwara " ucap Aya sambil melangkah mendekati pintu. Surya menahan pintu agar Aya tak bisa melarikan diri.
" Saya akan promosikan kamu ke bagian yang lebih bagus di perusahaan ini. Kamu nggak perlu lembur lagi untuk mencari tambahan " Aya menarik nafas dalam.
" Pak Surya, saya akan tolong bapak dengan masalah ini tapi tolong jangan minta saya bersandiwara. Biarkan saya bekerja dengan baik dan berikan saya bonus sesuai dengan apa yang saya kerjakan. Saya tidak akan menerima apa yang bukan menjadi hak saya "
Surya menghela nafas kasar. Semalam ia mendengar tentang sosok Aya dari Ferdi. Bagaimana gadis itu tumbuh dan menghadapi tantangan yang tidak mudah menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Ferdi menceritakan bagaimana ia menyukai Aya, suatu malam yang deras. Ia diminta pergi ke sebuah perkampungan untuk mengangkut pasien miskin yang hampir sekarat. Ibu itu tak sengaja tak ditemui ibunya di sebuah gubuk. Ferdi mengatakan kalau gadis itu sangat tegas dan galak. Ia tak mudah terbujuk oleh uang. Saat itu Aya dibujuk oleh seorang bapak bapak yang menabrak sang ibu miskin agar tak melaporkannya ke kantor polisi.
" Aya.., tolong saya. Saat ini saya sedang tak mau dijodohkan dengan siapapun " ucap Surya saat Aya hendak membuka pintu ruangan Suya dimana Morgan sedang menunggu mereka.
" Duduk Cahaya, kamu Surya. Tunggu kami diluar " Surya mengangguk pasrah. Ia meminta asistennya untuk membawanya ke suatu tempat. Ia langsung disambut seorang pemuda dan mengajaknya bermain musik.
Surya tak tahu apa yang dibicarakan Cahaya dan ayahnya. Ia sudah pasrah jika Cahaya mengatakan yang sebenarnya pada sang ayah. Keesokannya saat mereka bermain tennis. Morgan mengajak anaknya bicara.
" Kamu masih mengharapkan Eidel ? " Surya reflek menoleh pada papanya, ia tadinya penasaran apa yang Cahaya katakan pada sang papa.
" Cahaya bilang apa sama papa ? "
" Papa tanya Eidel kok kamu malah tanya Cahaya ? " Surya gelagapan, ia seakan terpojok dengan perasaan yang saat ini salah jika masih dipelihara.
" Aku sudah belajar melupakannya pa " ungkap Surya jujur. Ia mengakui kalau ia belum bisa melupakan sahabat kecilnya itu.
" Kejar Cahaya sebelum Ferdi mendapatkannya " Morgan kembali menoleh pada papanya. Ia terpana dengan ucapan papanya.
" Hanya dia yang bisa menenangkan kamu "