Dua Puluh Delapan

1932 Kata

Renata sedang menyantap sarapan dengan Safiza dan Regan, ketika Ujo mendatanginya dan membungkuk hormat kepadanya. “Nona, saya ada kabar duka. Ayah Aina menghembuskan napas terakhir pagi tadi, dan saat ini jenazah sudah ada di kediamannya,” ucap Ujo. Renata melepas sendok di tangannya hingga menimbulkan denting ketika beradu dengan piring. “Astaga, Aina!” ujar Renata seraya menutup mulut dengan tangannya. “Paman antar aku kesana ya, aku ganti baju dulu,” ucap Renata sambil berlalu, bahkan panggilan Regan dan Safiza tak dihiraukannya. Dia berlari menuju kamarnya dan mengganti baju dengan yang berwarna gelap. Melihat ke meja rias dan memakai jam tangan pembelian Regan untuk hadiah ulang tahunnya. Sebuah jam tangan digital berwarna putih yang dapat menunjukkan aktifitasnya termasuk unt

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN