DON'T LEAVE ME

1080 Kata
                “Beda banget ya sama Areta? We are different person. Wajar kok gak sama. I know that you still love her. Tau banget, tau jelas. Tapi sorry, aku harus egois, aku gak mau menikah dengan laki – laki yang masih punya hubungan dengan orang lain” Ucap Thalia                 “Dan juga… aku mau menikah, aku mau hidup selayaknya orang yang betul – betul menikah” Sambung Thalia. Arta diam beberapa saat, berusaha memahami apa yang calon istrinya maksud. “I won’t touch you… like I touch her Thal, never.”  Ucap Arta dalam hati, ia tidak tau harus merespon apa ucapan dari Thalia barusan                 “Aku udah” Jawab Thalia lagi, Arta menatap piringnya, lagi. Setengah nya pun belum habis. Namun ia mengangguk kemudian menegak segelas es teh yang juga mereka pesan. Setelah itu ia berdiri, berjalan mendahului Thalia, membayar pesanan mereka.                 “Thanks ya buat hari ini” Ucap Thalia, Arta tersenyum kemudian mengangguk                 “Sama – sama” Jawab Arta. Setelah itu ia mengantarkan Thalia pulang hingga di depan rumahnya. Awalnya Thalia bahkan menawarkan Arta untuk masuk dulu, namun Arta menolak, dengan alasan ia masih punya beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan sebelum sibuk dengan hari – hari mendekati pernikahan. Padahal tidak, ia hanya beralasan agar bisa menemui Areta sebentar, sebelum ia kembali ke rumah nya.                 Arta membelah kemacetan ibu kota, menempuh jarak kantor yang lumayan memakan waktu dari rumah Thalia. Sedari tadi Arta menghubungi Areta, mencari tahu dimana gadis itu berada. *****                 “Ada Areta?” Tanya Arta kepada seorang satpam yang berjaga.                 “Enggak ada mas, mba Areta sudah pulang sejak jam lima tadi sore” Jawab satpam tersebut. Arta menarik napas panjang kemudian pergi dari tempat itu kemudian pergi mencari Areta. Sebenarnya ia juga tak tahu harus mencari Areta kemana selain mencari Areta di apartement mereka. Satu – satunya tempat yang Arta kunjungi setelah beranjak dari tempat itu adalah… Apartement nya bersama Areta.                 Sesampainya di Apartement , Arta langsung buru – buru naik ke kamarnya, mencari keberadaan Areta. Saat ini, ia terlalu khawatir dengan keadaan kekasih nya itu.                 “Ta…” Ucap Arta sesaat setelah membuka Apartement nya , melihat Areta sedang duduk di ruang tengah sembari memegang banyak cemilan di hadapannya, tak luput juga sebotol alkohol berukuran besar yang entah kapan di beli olehnya.                 “Reta… sadar, what happened babe…”  Arta mendekati Areta yang sedang larut dalam hayalnya sendiri, Areta menatap Arta yang saat ini sudah berada di hadapannya, menatap kedua bola mata cokelat yang sebentar lagi tidak akan menjadi miliknya.                 “Ta… jangan mabuk yaaa, I’m here for you” Ucap Arta lagi yang kini sudah memegang kedua tangan Areta, yang di tatap hanya diam saja, menatap lurus kedepan tanpa memperdulikan siapa yang berada di hadapannya saat ini.                 “Ta… jangan mabuk lagi ya, kamu gak pernah mabuk kayak gini… please, kesehatan kamu, kamu harus sehat, kamu harus baik – baik ta” Ucap Arta, lagi.                 “Gimana bisa aku baik – baik aja, gimana bisa aku sehat , gimana bisa aku gak mabuk sementara aku harus bisa ngeliat pacar aku, jalan. Sama calon istrinya, ngebawa calon istrinya ke tempat dimana kita pertama kali ketemu, tempat firstdate kita, gilaa ya kamu?! Kamu bawa Thalia kesana biar apa? Mau ngulang memori kamu? Apa mau gantiin aku?! Kamu jahat ya…” Kini Areta, menumpahkan semua emosinya kepada Arta, ia bahkan menangis dan tentu saja memukul Arta sebagai bentuk kekesalannya terhadap pria itu.                 “Ta… aku gak bermaksud kayak gitu…, you are my one only” Jawab Arta setengah frustasi. Ia tidak berbohong, Areta’s still his one and only girl. Gak ada yang berubah dari diri Arta. Dia masih orang yang sama , yang sayang banget sama Areta, yang berubah Cuma satu. Keadaannya. Arta masih milik Areta sepenuhnya.                 “Enggak. Enggak. I’m not your one and only anymore. Kamu sebentar lagi punya istri and I think u will forgot me as soon as possible.  I’m sure, waktu gak bakal bohong, someday you will forgot me, kamu nanti bakal punya dunia mu sendiri, kamu udah punya keluarga, dan mau gak mau kamu pasti bakalan lupain aku!” Jelas Areta kepada Arta, tangsinya semakin menjadi ketika melihat Arta memalingkan wajahnya, entah apa yang ada di pikiran Arta sehingga ia harus memalingkan wajahnya, padahal, sebelum – sebelumnya, ia akan terus menatap Areta hingga pertengkaran mereka selesai. Areta tau, hal itu adalah perubahan dalam diri Arta setelah hampir tidak pernah seranjang lagi kurang lebih dua bulan terakhir.                 “Punya istri, doesn’t mean I will forget you ta… aku sama Thalia menikah bukan karena paksaan, you know that… kami di jodohkan.  Dan bukannya aku sudah janji sama kamu kalau enam bulan setelahnya aku dan Thalia bakalan bercerai? Aku bakalan kembali, aku bakalan jadi milk kamu lagi seutuhnya. Cuma enam bulan setelah ijab qobul Areta… please wait me”  Ucap Arta, namun Areta masih menangis. Arta paham bagaimana rasa sakit yang Areta rasakan saat ini. Delapan tahun bersama mereka tidak pernah terpisahkan. Dan sekalinya berpisah… salah satu dari mereka akan bersanding dengan orang lain di atas pelaminan, miris.                 “Gimana nanti kalau kamu jatuh cinta sama Thalia? Gimana kalau nanti kamu punya anak dari Thalia? Gimana nanti kalau Thalia hamil? Heyyy kamu laki – laki normal yang punya kebutuhan biologis. And I’m sure you will touch her like you touch me…”                 “Aku gak bakalan jatuh cinta sama Thalia! Aku gak bakalan ngehamilin dia apalagi sampai punya anak dari dia!, I know aku punya kebutuhan biologis yang harus di tuntaskan. But I won’t touch her like I touch you, never! Kamu sendiri Areta yang bilang sama aku… kalau orang betul – betul jatuh cinta, dia gak bakalan bisa jatuh cinta lagi dengan orang lain, dan aku kayak gitu! Gimana bisa aku jatuh cinta sama orang lain sementara hati ku kamu yang punya? Apa masuk akal? Engga kan? Please… I love you so much. And you know that… semua kekhawatiran kamu gak bakalan terjadi. I’m your and I still yours till the end. Delapan tahun bareng kamu dan sehari bareng Thalia gak bakalan ngehapus kenangan delapan tahun itu Areta… kita berdua udah ngelewatin suka duka nya bareng, dan kamu khawatir aku bakalan dengan mudah nya jatuh cinta dengan dia. Engga. Engga. Kamu jangan konyol” Kali ini tangis Areta sudah mereda , mendengar pernyataan dari Arta. Ia menghambur kedalam pelukan lelaki itu, menenggelamkan wajahnya di leher Arta menjadi obat terbaik dikala ia sedang sedih – sedihnya.                 “Jangan tinggalin aku Arta” Ucap Areta lirih, Arta tersenyum, dan mengangguk tipis sembari mengelus rambut Areta.                 “Never, aku gak bakalan ninggalin kamu, aku janji, tolong tunggu aku. It just 6 month. Oke?” Areta mengangguk dan semakin mengeratkan pelukannya kepada Arta.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN