114. Malam Hangat di Desa

1748 Kata

Wira mengangguk saja karena Mia masih belum menolak pulang ke Jakarta. Ia tak akan memaksa Mia sebelum gadis itu benar-benar mau sendiri. Asalkan ia bisa bersama Mia seperti ini, rasanya sudah cukup. "Mana nomor ponsel kamu yang baru? Yang lama nggak bisa diaktifkan lagi?" tanya Wira. "Ehm, udah mati kartunya, Om. Jadi aku ganti aja," jawab Mia seraya meraih ponselnya. "Sebenarnya aku simpan kontak semua orang, temen, dosen dan ... Om juga. Tapi aku emang nggak pernah hubungi siapa-siapa kecuali Papa." "Kamu pinter sembunyi ternyata, padahal aku udah nyari kamu dan nyuruh banyak orang buat ngelacak kamu di sana-sini," ujar Wira. Ia tersenyum ketika Mia menelepon nomornya, jadi ia bisa menyimpan lagu nomor baru Mia. "Jangan sampai kamu hilang kayak kemarin, Mi. Aku mohon." Mia ingin men

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN