Bab 9. Wanita Sederhana

1163 Kata
Davian terbangun dari tidurnya tatkala mendengar suara yang cukup gaduh. Ia melirik kearah sekelilingnya yang tampak asing. Tapi sesaat kemudian ia teringat jika ia semalam tidur di rumah Senja. "Senja?" Davian seketika teringat akan wanita itu, ia teringat apa yang telah terjadi semalaman lalu melihat dirinya yang masih terbaring dengan tubuh polos dan hanya tertutup selimut. "Kemana dia?" gumam Davian mencari-cari sosok wanita mungil yang diam-diam menyusup halus di dalam hatinya itu. Tak lama kemudian pintu kamar itu terbuka membuat Davian cukup kaget. Ia bingung harus bersikap seperti apa akhirnya ia memilih memejamkan matanya kembali. "Davian?" panggil Senja. "Belum bangun rupanya," ucapnya seraya melangkahkan kakinya perlahan masuk ke dalam kamar. Davian memicingkan sedikit matanya, ia melihat Senja yang baru saja masuk dengan rambut yang setengah basah dan menggunakan kimono handuk. Wanita itu melihat kearahnya membuat ia buru-buru menutup matanya kembali. "Dia masih tidur, aku harus mengganti bajuku sekarang," kata Senja yang terburu-buru mengambil baju ganti di dalam lemarinya. Senja berpikir jika Davian memang masih tertidur membuat ia melepaskan kimono handuknya begitu saja hingga terjatuh menjuntai ke lantai. Wanita itu menggambil pakaian dal*m miliknya lalu memakainya dengan cepat. Namun, Senja tidak tahu jika Davian nyatanya memperhatikan semua itu dengan sorot mata yang menggelap. Jantungnya berdegup sangat kencang melihat keindahan pagi yang menyejukkan mata. Munafik kalau dia bilang tidak suka, melihat wanita cantik tanpa busana dengan gerakan yang begitu menggoda. "Davian?" Senja begitu kaget melihat Davian yang sudah bangun, wanita itu segera mengambil salah satu bajunya lalu memakainya. "Aku tidak melihat apapun," kata Davian mengalihkan pandangannya, ia mengerjapkan matanya berkali-kali untuk mengusir pemandangan indah tadi. "Sejak kapan kamu bangun?" tanya Senja yang merasa malu sekali, ia benar-benar tidak tahu kalau Davian sudah bangun. "Baru saja, tapi sudah cukup waktu untuk melihatmu memakai pakaian dalam," sahut Davian asal saja. "Apa, jadi kamu?" Senja menutup mulutnya syok, artinya Davian melihat semuanya? Davian menahan senyumnya, ia benar-benar suka sekali melihat wajah panik Senja itu. Tapi pria itu tetap berpura-pura cool. "Kenapa memangnya? Tenang saja, aku tidak tertarik dengan tubuhmu itu, Senja." Davian berbicara mencemooh. Senja menyipitkan matanya. "Tidak tertarik katanya? Tapi dia selalu punya alasan untuk menyentuhku dan tidak mau berhenti," batin Senja dengan pandangan cukup sinis. "Hei, kamu jangan terlalu percaya diri. Aku melakukan itu karena ingin segera membuatmu hamil. Ingatlah dosa besar yang kamu buat untuk menipu keluargaku," kata Davian sengaja membuat Senja tidak terlalu percaya diri. Wajah Senja seketika berubah murung, nyatanya hatinya terlalu berharap banyak. "Bangunlah, aku akan membuatkan teh hangat untukmu," kata Senja segera berlalu dari hadapan suaminya, ia tidak ingin menunjukkan wajahnya yang menyedihkan itu. Davian menipiskan bibirnya, pria itu terlihat sekali sedang bingung. Ia sudah merasa melakukan hal yang benar, tapi kenapa dia merasa bersalah saat melihat wajah Senja sedih? Bukannya memang itu yang dia inginkan? *** Davian melihat Senja sedang sibuk menata beberapa makanan yang sudah matang. Ada bakul nasi, sayuran dan peralatan yang biasanya digunakan untuk jualan. "Nak Davian, sudah bangun ya? Sarapan dulu, Nak." Ibu Senja segera menyapa saat melihat Davian berada di pintu dapur. "Senja, siapkan makanan suamimu dulu," titahnya kepada sang putri. Senja menoleh, melihat Davian yang berdiri disana. "Mau sarapan sekarang?" tanya Senja. "Kenapa harus ditanya dulu? Ayo siapkan saja, semalam nggak sempat makan, ayo sarapan dulu, Nak," ucap Ibu Senja. "Tidak usah, Bu. Aku tidak terbiasa sarapan pagi," tolak Davian dengan halus. "Ini mau dibawa kemana?" tanya Davian cukup penasaran dengan barang-barang itu. "Mau dijual, sekarang ada jalan sehat didepan kantor kecamatan. Lumayan nggak usah dibawa ke pasar," sahut Ibu Senja seadanya saja. "Ibu mau berangkat dulu, Ayah kamu tadi udah sarapan, udah minum obat, sekarang masih tidur. Nanti kalau kalian pulang, taruh saja kuncinya di bawah pot," ucap Ibu Senja. "Hari ini aku libur, aku bantuin ibu ya," kata Senja. "Tidak usah, kamu-" "Ibu biasanya bersama Ayah, sekarang Ayah tidak bisa bantu, biar aku bantu aja. Ibu nggak boleh nolak," tukas Senja ngeyel. "Ya sudah kalau kamu maksa, tapi ingat, izin sama suami kamu dulu," tutur Ibu Senja yang tak lagi bisa mencegah keinginan putrinya. Senja hanya mengangguk pelan, wanita itu membantu ibunya membawa beberapa makanan yang ringan, lalu yang lainya dibawa oleh becak motor yang biasanya membantu ibunya. "Sini, biar aku bantu." Davian yang sejak tadi diam tiba-tiba berinisiatif untuk membantu Senja yang terlihat sibuk meletakkan makannya diatas becak motor. "Tidak perlu, ini bukan pekerjaanmu, Davian. Kamu istirahat saja, atau mau pulang dulu tidak apa-apa. Nanti aku akan pulang naik ojek," tolak Senja segera meraih barang yang diambil Davian tadi. Davian mengerutkan dahinya, ia tahu betul Senja ini menghindari dirinya. "Sejak kapan ibumu berjualan?" tanya Davian tiba-tiba. "Sudah lama, ini adalah ladang pencarian nafkah keluarga kami," sahut Senja singkat. Davian mengangguk mengerti, ia memperhatikan Senja yang pagi itu mengikat rambutnya dengan bentuk Cepol dan kaos kedodoran warna putih. Sangat sederhana sekali, tapi kenapa terlihat sangat cantik? "Aku akan pergi membantu ibu, kalau mau mandi aku akan menyiapkan air hangat. Bajumu yang semalam tadi pagi sudah aku bawa ke laundry, kamu bisa memakainya," kata Senja. "Memangnya aku akan pulang?" Davian mengangkat alisnya. "Maksudnya?" Senja mengerutkan dahinya tidak mengerti. Davian menegakkan tubuhnya yang tadi sempat bersandar pada tembok dibelakangnya. Ia mendekati Senja membuat wanita itu seketika langsung mundur. "Aku akan ikut denganmu," kata Davian singkat dan jelas. "Ikut?" "Ya, aku juga ingin tahu bagaimana cara orang miskin mencari uang. Ayo pergi sekarang," ujar Davian asal saja, pria itu mendahului jalan Senja. Senja membuka mulutnya syok, benarkah yang ia dengar ini? Ia lalu segera menyusul Davian yang sudah berjalan terlebih dulu, ia menatap pria itu dengan sangat serius. "Davian, kamu yakin akan ikut denganku? Disana nanti panas dan banyak orang, kamu pasti tidak akan nyaman," jelas Senja tak ingin membuat Davian menyesal nantinya. "Kamu menolak permintaanku?" Davian mengerutkan dahinya dengan tatapan yang tajam. "Bukan seperti itu, aku ehmm baiklah kalau kamu memang ingin ikut. Aku akan mengambil sepedaku dulu," ucap Senja menghela napas panjang. "Ya cepatlah," sahut Davian. Senja mendengus pelan, ia mengambil sepeda miliknya yang berada di samping rumah. Ia lalu membawa sepeda itu dihadapan Davian. "Ayo naik," kata Senja memilih duduk di depan. "Turunlah, aku yang akan memboncengmu," ucap Davian. "Eh?" "Jangan membuang waktu, cepat turun!" seru Davian. "Ya ya." Senja menurut tanpa protes, wanita itu langsung turun dan Davian bergantian naik sepedanya. Senja lalu duduk dibelakang Davian. "Sudah siap?" tanya Davian. "Ya," jawab Senja pelan. Davian melirik Senja dengan dahi berkerut, ia merasa sedikit kesal karena wanita itu tidak berpegangan padanya. Tanpa basa-basi ia langsung menarik tangan Senja dan memelukan di pinggangnya. "Davian!" seru Senja begitu terkejut dengan moving tak terduga dari Davian ini. "Pegangan, jangan sampai kamu jatuh dan masuk rumah sakit. Merepotkan!" kata Davian dengan suara ketus. Senja mengulum bibirnya, kata-kata itu terdengar begitu menusuk, Davian nyatanya tidak pernah menganggap Senja lebih. "Baiklah, ayo berangkat sekarang," ucap Senja. "Hm." Davian mulai mengayuh sepeda itu dengan perlahan. Pria itu juga bingung, kenapa dia bisa bersikap seperti ini? Hal ini bahkan baru pertama kali ia lakukan, namun anehnya hatinya merasa senang dan tidak keberatan untuk melakukannya. "Benarkah ada sesuatu yang berubah?" Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN