Keesokan harinya, Vian datang ke rumah Hana setelah melihat Hana keluar dan berjalan untuk mencari kendaraan. Sebenarnya Vian ingin mengantarkan kepergian Hana, tapi tidak bisa karena dirinya harus menemui mama Hana dan meyakinkan calon mama mertuanya itu jika dirinya memang paling cocok untuk menjadi pasangan Hana.
Vian memarkirkan mobilnya di depan rumah Hana dan turun, matanya menatap ke arah mobil lain yang juga berhenti tak jauh di depan mobilnya. Melihat siapa yang turun dari mobil itu, membuat Vian melangkahkan kakinya sedikit lebih cepat. Tentu saja dirinya tidak bisa didului oleh Zico.
Suara ketukan pintu yang terdengar membuat mama Hana yang ingin ke belakang langsung saja kembali dan membukakan pintu. Melihat Vian dan juga Zico membuat mama Hana terdiam.
"Pagi Tante," sapa Vian yang langsung saja membuat Zico menoleh ke arahnya dan bertanya-tanya siapa laki-laki itu.
"Kalian masuk dulu." Kata mama Hana yang langsung saja meminta Zico dan juga Vian masuk ke dalam.
Vian kembali ke arah mobil untuk mengambil barang bawaannya, tentu saja dirinya membawa beberapa kue, buah dan juga menu makanan yang menurutnya enak. Kemarin Cinta hanya memberitahu dirinya jika mama Hana tidak suka menghambur-hamburkan uang hanya untuk membeli bunga, dan memintanya untuk membeli hal lainnya, itulah yang terpikirkan oleh kepala kecilnya.
Setelah selesai membawa semuanya, Vian pun masuk ke dalam rumah dan membuat Zico dan juga mama Hana terdiam saat mendengarnya.
"Maaf Tante, saya tidak tahu apa kesukaan Tante." Kata Vian seraya meletakkan barang bawaannya di atas meja.
"Tante pikir kamu mau menjenguk orang sakit." Jawab mama Hana yang langsung saja membuat Zico tertawa saat mendengarnya.
Vian sendiri yang mendapatkan balasan seperti itu langsung saja terdiam dan sedikit malu, tentu saja Vian tidak berpikir seperti itu sebelumnya. Tapi setelah diingat-ingat dirinya memang membawa buah tangan yang biasa dibawa orang untuk menjenguk orang sakit, benar-benar memalukan.
"Zico, bicaralah dulu." Kata mama Hana yang langsung saja membuat Zico berhenti tersenyum dan ingin berbicara.
"Saya datang ke sini ingin melamar Hana Tante, semalam saya sudah bertemu Hana." Jawab Zico yang langsung saja membuat Vian mendongakkan kepalanya dan menatap tajam ke arah Zico, tangannya bahkan sudah mengepal karena marah.
"Hana belum mengatakan setuju untuk menikah dengan saya, tapi saya yakin dia masih menyukai saya. Dia bilang ingin mencari pekerjaan baru lebih dulu dan saya benar-benar siap untuk menunggunya." Lanjut Zico yang langsung saja membuat Mama Hana melirik diam ke arah Vian.
Diam-diam, mama Hana mengamati bagaimana ekspresi wajah Vian dan juga gerakan tangannya yang terus mengepal marah itu. Mama Hana benar-benar memuji Vian yang bisa bersikap tenang di depan orang yang lebih tua darinya, padahal mama Hana pikir Vian akan mencari keributan, atau bahkan menyela kata-kata yang akan diucapkan oleh Zico.
"Apa kamu yakin jika Hana masih menyukaimu?" Tanya mama Hana yang langsung saja dijawabi anggukan setuju oleh Zico.
Tentu saja Zico bisa menyimpulkan, meskipun tadi malam Hana tidak bicara banyak padanya dan bersikap sedikit canggung, tapi Zico tahu betul bagaimana gerak-gerik Hana saat menyukai seseorang.
"Kali ini Tante tidak ikut campur apapun, karena Tante cuma ingin Hana menikah dengan orang yang disukainya. Entah dia miskin atau kaya, Tante tidak masalah yang penting Hana suka." Kata mama Hana memberitahu.
"Aku tahu Tante, terima kasih sudah mau menerima saya." Jawab Zico yang langsung saja membuat Vian menahan decakannya.
Mama Hana menatap ke arah Vian yang terlihat menahan tawanya, Vian yang sadar langsung saja menoleh ke arah mama Hana dan tersenyum tipis.
"Zico," panggil mama Hana yang langsung saja membuat Zico mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah mama Hana dengan wajah percaya dirinya.
"Ada yang memberitahu Tante kalau kamu masih tinggal sama mantan istri kamu, apa itu benar?" Tanya mama Hana yang langsung saja membuat Zico terkejut saat mendengarnya.
"Itu tidak mungkin, saya sudah bercerai jadi tidak akan tinggal bersama dia lagi. Lagi pula kita menikah waktu itu karena dia hamil duluan, jika tidak pasti saya akan menikah dengan Hana." Jawab Zico yang langsung saja menyangkal pernyataan yang diucapkan oleh mama Hana.
Vian ingin saja marah dan memukul Zico tapi dirinya tidak bisa melakukannya karena ini bukanlah wilayahnya.
Zico menatap tajam ke arah Vian, tentu saja Zico ingin menebak-nebak siapa yang membocorkan rahasianya, apakah mama Hana juga tahu jika dirinya berniat meminta Hana mendonorkan satu ginjalnya untuk istrinya sebagai ganti rugi mahar yang akan ia keluarkan? Tentu saja Zico akan memberikan mahar yang tinggi, karena dirinya ingin meminta ginjal Hana sebagai gantinya. Ini bukan salahnya, tapi salah mama Hana yang sangat mata duitan itu, dan Zico yakin jika mama Hana tidak akan bisa menolak dirinya.
"Tapi Hana sendiri yang melihatnya, Hana mengatakan pada Tante dan bilang tidak ingin menikah denganmu dengan alasan seperti itu." Kata mama Hana yang langsung saja membuat Zico semakin terkejut saat mendengarnya.
"Hana pasti salah lihat Tante, jelas-jelas saya sudah bercerai dan menyukai Hana, bagaimana mungkin saya masih tinggal dengan mantan istri saya." Kata Zico dengan cepat, bahkan sampai berdiri karena gugup.
Mama Hana menundukkan kepalanya dan tersenyum tipis.
"Pulanglah dan jangan datang lagi, kita akan pindah lagi jika kamu berani datang lagi. Selama ini Tante sudah baik mau menerima kamu, tapi kamu malah ingin membohongi putri Tante." Kata mama Hana yang langsung saja membuat Zico marah.
"Lagi pula siapa yang mau sama wanita kampungan seperti itu? Apa kelebihan dia sampai saya harus mencarinya lagi? Seujung rambutnya saja dia tidak bisa di bandingkan dengan istri saya." Balas Zico yang langsung saja membuat Vian berdiri dan menatap ke arah Zico dalam diam.
Tanpa bicara apa-apa, Vian memukul Zico hingga laki-laki itu kembali jatuh terduduk dengan sudut bibir yang mengeluarkan darah. Zico mengambil tisu yang ada di atas meja dan mengusap tangannya dengan cepat.
"Keluar sekarang, atau kamu tidak akan bisa menanggung akibatnya nanti." Kata Vian dengan suara tegas dan juga terdengar sedikit ancaman didalamnya.
Setelah melihat Zico keluar, Vian pun kembali duduk dan menghela napasnya panjang. Setelah itu Vian memperbaiki ekspresi wajahnya yang kesal menjadi ramah.
"Maaf Tante sudah membuat keributan, saya tidak tahan mendengarnya sedari tadi." Kata Vian setelah melakukan semuanya di depan mama Hana.
Mama Hana terdiam dan tersenyum tipis saat melihatnya lagi.
"Saya tegaskan lebih awal, saya tidak suka kekerasan. Itu tadi hanya pukulan ringan, dan saya melakukannya karena dia menghina Hana, saya tidak suka saat ada orang lain yang menghina dia." Lanjut Vian pada akhirnya menjelaskan semuanya.
Mama Hana yang mendengarnya tentu saja mengangguk pelan, tadi jika tidak ada Vian mungkin saja Zico bisa mencelakai dirinya. Dirinya terlalu gegabah karena mengatakan hal itu pada Zico tanpa melihat sekitarnya yang tidak ada siapapun.
"Jadi kamu datang ke sini untuk apa? Kenapa bawa semua ini?" Tanya mama Hana yang langsung saja membuat Vian terdiam dan menatap ke arah barang bawaannya.
"Hana tahu kamu datang?" Tanya mama Hana yang langsung saja membuat Vian mendongakkan kepalanya dan menggelengkan kepalanya pelan.
"Hana tidak tahu Tante, tapi mama saya tahu kalau saya datang ke sini. Saya benar-benar suka sama Hana Tante dan mama saya juga udah suka. Vian tahu Hana takut karena saya orang berada, tapi orang tua saya mengajarkan saya untuk memperlakukan pasangan saya dengan baik kok, saya tidak akan berani menyakiti Hana sebelum atau sesudah kita menikah nanti." Jawab Vian menjelaskan dengan panjang lebar.
Mama Hana terdiam, tentu saja mama Hana tahu jika Vian adalah orang yang baik. Tapi mama Hana juga tidak bisa mengambil keputusan di saat putrinya sendiri tidak ingin bersama dengan Vian.
"Tapi nak Vian, saya tidak bisa setuju jika Hana menolak kamu." Kata mama Hana dengan terus terang.
"Saya tahu, tapi saya cuma ingin Tante menyukai saya dulu. Karena setelah Tante suka sama saya, saya akan mencoba meyakinkan Hana sekali lagi." Jawab Vian pelan.
Vian pun menundukkan kepalanya, Vian tahu mungkin saja mama Hana tidak akan percaya pada dirinya yang sudah main kekerasan tadi. Tapi mau bagaimana lagi? Dirinya sudah tidak bisa menahannya.
"Kamu tidak kerja?" Tanya mama Hana yang langsung saja membuat Vian mendongakkan kepalanya.
"Sebenarnya pekerjaan saya tidak banyak, biasanya kalau datang ke rumah sakit saya hanya duduk dan membaca laporan. Terkadang juga berkeliling untuk melihat-lihat." Jawab Vian dengan semangat.
"Kamu benaran anak orang kaya ya?" Tanya mama Hana dengan sedikit ragu, mungkin saja dirinya akan dimarahi oleh putrinya jika putrinya mendengar dirinya bertanya seperti itu.
"Orang tua saya yang kaya, saya masih belum punya apa-apa, tapi saya memiliki tabungan dan cukup untuk membeli rumah jika Hana ingin tinggal berpisah dengan orang tua saya, karena mama bilang saya tidak berhak memaksa jika Hana tidak mau." Jawab Vian dengan suara pelan.
Mama Hana yang mendengarnya tentu saja terdiam, tiba-tiba saja dirinya ingin menangis karena Vian memikirkan semua hal tentang putrinya dengan baik.
"Kakak Hana yang ada diluar negeri sudah lama tidak pulang, dan mungkin saja tidak akan pulang lagi karena sudah menikah dengan orang sana. Jadi jika Hana menikah aku akan ikut dengan Hana." Kata mama Hana yang langsung saja membuat Vian menganggukkan kepalanya pelan.
"Vian tahu kok Tante, Vian sudah memikirkan semuanya sebelum datang ke sini. Vian juga sudah bicara dengan mama Vian dan mama Vian setuju karena di rumah masih ada kakak Vian dan juga istrinya." Jawab Vian yang langsung saja membuat Mama Hana terdiam saat mendengarnya.
"Kalau begitu bujuklah Hana sebisa kamu, semalam Hana bilang jika dia juga menyukaimu, dia hanya khawatir membuatmu kecewa karena dia tidak punya apa-apa." Kata mama Hana yang langsung saja membuat Vian mendongakkan kepalanya tak percaya.
"Apakah anda memberi izin?" Tanya Vian tidak percaya.
"Ah bukan, seharusnya Vian memanggil dengan sebutan mama." Ralat Vian seraya memegangi tangan mama Hana karena senang.
"Mama memberi izin, tapi semuanya tetap ada ditangan Hana. Jadi jangan berharap banyak sama mama." Kata Mama Hana yang langsung saja membuat Vian menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Terima kasih ma, Vian benar-benar tidak menyangka mama akan langsung menyetujuinya, padahal Vian sudah berpikir untuk datang setiap hari dan meminta izin pada mama." Kata Vian yang langsung saja membuat Mama Hana tertawa kecil saat mendengarnya.
"Kamu ini meninggalkan pekerjaan hanya karena hal ini, sebenarnya mama masih tidak yakin, takut kamu meninggalkan pekerjaan dan membuat putri mama kesusahan." Balas mama Hana yang langsung saja membuat Vian tersenyum tipis saat mendengarnya.
"Jujur saja, awalnya saya berniat untuk meninggalkan tempat saya sebagai pemilik rumah sakit agar Hana mau sama saya lagi. Tapi kemarin kakak saya memberitahu jika bukan itu yang menjadi masalah utamanya, kakak saya mengatakan jika masalahnya ada pada saya, saya kurang baik dalam membuat Hana percaya pada saya, jadi itulah alasan Hana mundur dan memilih untuk memutuskan hubungan kita." Kata Vian menceritakan semuanya.
"Tapi meskipun begitu, saya tetap memikirkan untuk bekerja dan menafkahi Hana dari keringat saya sendiri meskipun saya mundur dari posisi saya." Lanjut Vian menjelaskan agar mama Hana tidak salah paham dengan maksudnya.
Mama Hana sedari tadi hanya diam dan mendengarkan, tentu saja mama Hana senang karena putrinya memiliki pandangan yang baik pada laki-laki.
"Kamu mau minum dulu sebelum kembali ke rumah sakit?" Tanya mama Hana yang langsung saja membuat Vian menolak dengan cepat.
"Di dalam mobil ada air kok ma, jadi tidak perlu." Jawab Vian dengan cepat.
Tentu saja Vian tidak ingin membuat mama Hana repot karena ingin membuatkan sesuatu untuk dirinya.
"Mama cobain deh makanan yang Vian bawa, jika tidak suka lain kali Vian bawakan yang lain." Kata Vian yang langsung saja membuka bungkusan kotak yang berisi ayam panggang dan juga yang lainnya.
"Tidak usah repot-repot, Hana sampai rumah nanti biasanya sudah beli makanan di luar, nanti kalau nggak kemakan kan mubazir." Jawab mama Hana yang langsung saja membuat Vian tersenyum tipis saat mendengarnya.
"Tidak setiap hari juga kok." Balas Vian tak mau kalah.
"Oh ya, tolong berikan gelang ini pada Hana ya ma, kemarin gelangnya putus dan udah Vian benerin." Kata Vian yang langsung saja mengambil kotak berisi gelang yang ada di saku bajunya.
"Berikan sendiri kan bisa," balas mama Hana yang langsung saja membuat Vian menggelengkan kepalanya.
"Hana pasti menolaknya langsung." Jawab Vian pelan.
"Berapa harganya?" Tanya mama Hana yang langsung saja membuat Vian menggelengkan kepalanya.
"Lupa, udah lama juga. Waktu itu Vian pesan dua untuk Vian dan Hana, Vian juga pakai kok." Jawab Vian seraya menunjukkan gelang yang sama dengan gelang yang ia berikan untuk Hana.
Mama Hana pun mengangguk dan tersenyum tipis, setidaknya Vian tidak mengatakan harinya dengan percaya diri. Bagaimanapun juga mama Hana tidak suka jika ada laki-laki yang sengaja memamerkan kekayaannya dengan bangga, apalagi dengan niatan ingin merendahkan keluarganya yang tidak punya apa-apa.
"Waktu itu mau di jual sama Hana, karena Hana butuh uang untuk perawatan mama. Tapi tidak jadi karena katanya harganya mahal." Kata mama Hana sengaja menyinggung hal itu.
"Ah, tidak mahal kok. Kalaupun dijual juga tidak apa-apa, karena saya masih ingat wajah Hana, sebenarnya harga gelang ini tidak ada apa-apanya dibandingkan waktu yang Hana lewati untuk menunggu Vian selama ini." Jawab Vian dengan tidak enak hati.
"Maafkan Vian karena tidak pulang lebih cepat untuk menemui mama dan Hana." Kata Vian meminta maaf dengan sopan.
"Sudah, sana kembali kerja. Mama tidak suka lihat anak pemalas." Kata mama Hana yang langsung saja berdiri dan meminta Vian untuk pergi.
"Kalau begitu Vian pamit ya ma, mama hati-hati di rumah. Masalah Hana, tolong percayakan sama Vian." Balas Vian yang langsung saja pergi setelah berpamitan.
Mama Hana tentu saja mengantarkan sampai pintu keluar, melihat mobilnya saja mama Hana tahu jika Vian orang yang kaya, tapi anak itu malah menjelaskan jika yang kaya orang tuanya. Benar-benar anak yang baik. Setelah melihat mobil Vian pergi setelah membunyikan klakson mobilnya, mama Hana pun kembali masuk ke dalam rumah dan mengunci rumahnya dari dalam.
Tbc