Part 4-b

1112 Kata
Sudah dua Minggu Freya bekerja di divisi HRD Frederick corporation, dan ia benar benar merasakan perubahan. Ia merasakan jiwanya bahagia dengan apa yang ia lakukan kini, walau hanya menjadi karyawan biasa bukan pimpinan seperti dulu tapi ia benar benar sangat menikmati semuanya. Sudah tidak ada dalam pikirannya tentang harta ayahnya yang dikuasai oleh Tante Ranti, ia menganggap semua itu memang milik Tante Ranti. Kebahagiaan mentalnya lebih penting sekarang dan semua ini terjadi karena ia mau memantapkan diri dan hatinya, jika tidak ia pasti masih terkungkung dalam kamarnya dan tertekan. Freyza mulai menyusun rencana, bukan untuk merebut harta papanya dari Tante Ranti tapi ia ingin keluar dari rumah dan menyewa apartemen, ia benar benar ingin menjauh dari Tante Ranti selamanya. Freyza keluar dari kamar mandi dengan tubuh segar setelah mandi, ia terkejut saat melihat seseorang duduk di ujung ranjangnya. "Rania?" "Freyza...." Gadis bernama Rania itu berdiri dan menghambur memeluk Freyza, Rania adalah putri tunggal Tante Freyza yang bekerja di Singapore setelah menyelesaikan pendidikannya di negeri singa itu dan ia jarang pulang. Freyza juga jarang bertemu Rania hanya sesekali saling kirim chat menanyakan kabar, walau Rania dsn Freyza tidak begitu dekat tapi mereka cukup akrab sebagai saudara sepupu. "Kapan kamu pulang Ran?" Freyza mengurai pelukan Rania. "Dua jam yang lalu dan saat aku mencari kamu, kata bi Yayah kamu masih di kantor dan saat bi Yayah mengatakan kamu sudah pulang aku langsung kesini." "Aku senang kamu pulang Ran." "Aku juga Frey, mmm.... Tapi kenapa mama tidak bercerita kalau setelah om Frederick meninggal papa dan mama tinggal disini?" Tanya Rania dengan wajah bingung, dan Freyza tidak mungkin mengatakan semua yang dilakukan Tante Ranti pada Rania karena yang ia tahu Rania gadis yang baik tidak ambisius seperti mamanya. "Dan anehnya mama minta aku bekerja di Frederick corporation, bukan di perusahaan papa. Aku jadi bingung." "Tidak usah bingung Ran, kita satu kantor nantinya." "Ah iya kamu benar Frey, kita bisa akrab tapi aku kan nanti jadi bawahan kamu Frey, mana bisa kita akrab kecuali kamu pegawai biasa," jawab Rania. Freyza tersenyum getir mendengar ucapan Rania, tapi ia tidak mau menjelaskan apa apa dan akan ia biarkan Rania mengetahui semua yang dilakukan mamanya dengan mata kepalanya sendiri. ~~~ ~~~ Keesokan harinya, Freyza sudah bersiap untuk pergi ke kantor, ia turun dari kamarnya dan langsung keluar dari rumah. Tante Ranti pagi pagi sudah datang ke kamarnya dan memintanya tidak sarapan bersama karena ada Rania, ia tak ingin nafsu makannya hilang karena adanya Freyza. Tapi bukan itu yang ditakutkan Freyza, ia tahu Rania akan memiliki banyak pertanyaan saat tak melihatnya di ruang makan. Tapi Freyza tidak bisa berbuat apa apa jika itu yang memang diinginkan Tante Ranti, Freyza kemudian berjalan keluar dari rumahnya menuju halte bus yang ada tidak jauh dari rumahnya. Satu jam kemudian Freyza sudah sampai kantor dan naik ke ruangan divisi HRD dan duduk di mejanya dan mulai fokus bekerja. Sedangkan di ruangan direktur, Rania menatap papanya tak percaya. Tak percaya jika tampuk pimpinan perusahaan dipegang oleh papanya sedangkan Freyza yang harusnya memimpin malah ditempatkan menjadi staf di divisi HRD, ia tidak habis pikir kenapa bisa seperti itu. "Pa... Apa apaan ini? Kenapa papa yang jadi direktur disini? Bukan Freyza. Bukannya dia yang sudah memegang jabatan ini sebelum om Frederick meninggal kenapa sekarang papa disini, kenapa dengan perusahaan kita?" "Sudah kita merger dengan Frederick corporation sayang." "Tapi kenapa? Aku tidak habis pikir, jika merger seharusnya Freyza masih jadi direktur dan papa menjadi wakilnya karena perusahaan papa lebih kecil dari Frederick corporation." "Sudahlah sayang, kamu segera menuju divisi keuangan karena kamu adalah kepala divisi yang baru." "Lebih baik Freyza yang memegang jabatan itu pa, jangan Rania. Kenapa dia harus jadi staf HRD pa, bukan kepala divisi?" "Papa punya pertimbangan sendiri, sudah kamu pergi ke ruangan kamu." Masih dengan perasaan penuh tanda tanya, Rania berdiri dan keluar dari ruangan direktur menuju ruangan divisi keuangan. Freyza melihat jam dinding, ia terkejut sudah jam makan siang dan ternyata ia terlalu asyik bekerja sehingga lupa waktu. Freyza kemudian berdiri dari duduknya dan mengambil tas tangannya lalu keluar dari ruangan divisi HRD bersama rekan rekannya yang lain. Saat keluar dari lift dan melintasi lobby seseorang memanggilnya membuat Freyza menghentikan langkahnya dan mencari sumber suara, matanya membola melihat Rania yang berjalan mendekatinya, Freyza yakin Rania sudah tahu semuanya dan akan menginterogasinya. "Hai Ran, mau makan siang?" Tanya Freyza basa basi. "Aku mau bicara penting sama kamu," Rania menarik tangan Freyza ke sudut lobby dan menatapnya. "Ada apa sebenarnya Frey? Kenapa papa yang jadi direktur disini bukan kamu, kamu juga kenapa menerima saja jadi staf HRD? Kamu yang berhak atas perusahaan ini, bukan papa atau mama. Tuntut hak kamu!" Ucap Rania sengit. Freyza tersenyum, Rania masih seperti dulu, walau sedikit keras kepala tapi sepupunya itu sangat baik. "Udah udah, kita tidak perlu bahas itu lagi, ayo kita makan siang," ucao Freyza menarik tangan Rania keluar dari lobby Frederick corporation menuju resto tak jauh dari gedung Frederick corporation. Freyza dan Rania duduk di meja sudut resto dan memesan makanan. "Frey..." "Heemm..." "Biar aku bicara dengan papa dan mama ya soal ...." "Tidak perlu Ran, sudahlah, aku tidak apa apa. Aku rela jika hanya menjadi staf HRD saja." "Tapi..." "Udah makan," ucap Freyza menyantap makan siangnya, Rania menghembuskan nafasnya kasar, ia masih berpikir keras kenapa mama dan papanya melakukan itu pada Freyza. Tiba-tiba Rania memegang tenggorokannya, nafasnya sesak. Melihat itu Freyza terkejut dan melihat menu yang dimakan Rania. "Ran... Kamu kenapa?" Tanya Freyza khawatir. "A... aku... su... lit... ber.... na... fas...," jawab Rania. "Memangnya kamu pesan apa?" "A... ku... ta... di... asal... pe... san.. sa... ja..." "Ya Tuhan kamu kan alergi kacang, kenapa makan itu, ayo kita ke rumah sakit." Freyza dengan sigap membawa Rania keluar resto dan menghentikan taksi membawa Rania ke rumah sakit terdekat. ~~~ ~~~ Freyza mondar mandir di depan ruang IGD, Rania sedang ditangani oleh dokter piket. Freyza heran, Rania alergi kacang tapi kenapa memesan makanan sembarangan. Harusnya Rania lebih hati hati memilih makanan, Freyza yakin dirinya yang akan disalahkan oleh Tante Ranti saat tahu ia yang sedang makan siang dengan Rania. Freyza menghela nafas panjang, ia sebenarnya tak ingin kembali tertekan jika berhadapan dengan tante Ranti tapi sangat sulit baginya melawan adik papanya itu. "Keluarga nona Rania?" Seorang perawat berdiri di pintu IGD. "Iya saya,"jawab Freyza berjalan mendekati perawat. "Nona Rania harus dirawat 1 atau dua haru, tolong diurus administrasinya." "Baik suster." Freyza segera berjalan menuju ruang administrasi dan mengurus surat surat persyaratan rawar inap Rania. Setelah itu ia kembali ke IGD dan ternyata Rania sudah dipindahkan ke ruang rawat, ia bertanya pada perawat dimana ruang rawat Rania. Freyza tidak mau jika Rania dirawat di ruang biasa, pasti tantenya akan murka, oleh karena itu Freyza minta Rania dirawat di ruang VVIP. Lynagabrielangga. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN