Part 6-a

1212 Kata
Ryoichi berjalan masuk dalam IGD rumah sakit Health and Health setelah menyimpan tas punggungnya di locker serta memakai snelli dan melingkarkan stetoskop di lehernya. "Selamat pagi dokter Ryoichi," sapa seorang suster. "Selamat pagi," jawab Ryoichi dengan tersenyum dan kemudian duduk di meja kerjanya. Keadaan IGD masih sepi, itu karena Ryoichi selalu datang lebih pagi dari jam dinas dokter biasanya. Ia ingin memberikan contoh pada dokter dan pegawai rumah sakit milik kakeknya, walau ia cucu pemilik rumah sakit ia tetap disiplin dan datang lebih pagi. Hari mulai siang dan pasien IGD mulai berdatangan, Ryoichi dan dokter IGD mulai sibuk menangani pasien. Semua berjalan hingga jam makan siang tiba, dokter IGD bergantian makan siang, Ryoichi meminta rekannya makan lebih dahulu dan ia yang akan menangani pasien. Semua pasien di IGD sudah tertangani, Ryoichi sedang duduk si mejanya menulis laporan pasien. "Ryoichi??" sebuah panggilan membuat Ryoichi mengangkat kepalanya dan menatap seorang gadis yang berdiri di depan meja kerjanya, ia mengingat ingat siapa gadis di depannya itu. "Siapa ya?" Tanya Ryoichi masih mengingat ingat apakah ia mengenal gadis di hadapannya. "Sombong kamu, aku kamu lupakan," jawab gadis di depan Ryoichi dengan wajah cemberut. "Sorry, aku benar benar lupa," jawab Ryoichi merasa bersalah karena tidak ingat siapa gadis di depannya. "Aku Salsa, Alexa Salsabila, universitas Brawijaya Malang fakultas ekonomi jurusan manajemen. Jahat kamu melupakan aku." "Salsa... Sorry, aku benar benar lupa, sudah sangat lama kita tidak bertemu Sa." "Iya iya aku tahu, mahasiswa paling keren dan pintar di Brawijaya, mana ingat sama semua gadis yang menyatakan cinta padanya." Ryoichi tersenyum kecut mendengar ucapan Salsa, hal itu mengingatkan dirinya akan masa kuliahnya beberapa tahun lalu di Malang. Dulu ia memang jado idola di kampus, dengan wajah rupawan yang sangat mirip dengan masa muda papanya, Ryu, juga body atletisnya membuat Ryoichi menjadi idola. Apalagi otaknya encer dan dari fakultas kedokteran yang notabene Incaran para gadis, tidak terhitung berapa banyak gadis yang menyatakan perasaan suka padanya dan selalu ia tolak karena Ryoichi ingin fokus pada pendidikannya dan menjadi dokter seperti papa kandungnya. Salah satu yang mengejarnya dan tak kenal menyerah adalah Salsa, walau sudah ditolak berkali kali oleh Ryoichi tapi Salsa tak putus asa  dan terus saja mendekati Ryoichi. Tapi Ryoichi berprinsip tidak mau pacaran dulu sebelum ia sukses menjalankan rumah sakit milik kakeknya. "Bagaimana kabar kamu Sa?" tanya Ryoichi mengalihkan pembicaraan dari topik yang tidak ia sukai, ia dulu dan kini tetap sama, masih belum berpikir tentang menjalin hubungan dengan seseorang walau kakeknya sering bertanya padanya. "Aku baik, tidak menyangka ya kita bertemu disini," ucap Salsa senang. "Kamu sakit?" Tanya Ryoichi lagi. "Enggak, bukan aku. Aku mengantarkan teman tadi yang jatuh dan kepalanya terbentur, dokter sedang menanganinya." tunjuk Salsa pads bed 2 dimana seorang gadis sedang ditangani rekan dokternya. "Oh..." "Kamu kenapa bisa ada di Jakarta?" "Aku asli Jakarta, hanya kuliah di Malang. Kapan kapan kita jalan yuk, masa sudah bertahun lamanya kamu masih menolak ajakan aku sih?" Gerutu Salsa. "Maaf Sa, aku tidak bisa." "Kenapa?" "Just can't, aku tidak bisa beritahu alasannya." Jawaban Ryoichi sukses membuat Salsa makin cemberut, Ryoichi masih saja menolaknya padahal ia masih menyimpan perasaan pada pria di depannya. Sebenarnya Ryoichi hanya tidak ingin memberikan harapan pada Salsa jika ia mau diajak jalan sekali saja, Salsa akan merasa dirinya membuka hatinya dan tak ingin Salsa salah paham. Rekan dokter Ryoichi sudah datang, Ryoichi tersenyum, ia berdiri dan akan makan siang. "Aku pamit dulu Sa," ucap Ryoichi berjalan meninggalkan Salsa tanpa menunggu jawaban Salsa. Ryoichi berjalan menuju kantin rumah sakit dan memesan makanan pada petugas kantin, ia menyantap makan siangnya dengan lahap karena memang ia sangat lapar. Setelah makan siang Ryoichi kemudian berjalan di lorong rumah sakit dan akan kembali ke IGD, tapi sekelebat ia melihat bayangan seseorang yang ia kenal. Ia berjalan cepat mencari orang yang ia lihat tapi tak ia temukan. "Sepertinya aku melihat Freyza tadi," gumam Ryoichi, ia mengira jika memang Freyza yang ia lihat tadi tapi ia berpikir ulang, ada apa Freyza ke rumah sakit? Apakah memeriksakan saudaranya yang beberapa waktu lalu alergi makanan. Ryoichi kemudian melanjutkan langkahnya menuju IGD kembali, ia lega karena sudah tidak ada Salsa di IGD, ia memang tidak suka pada gadis yang posesif. Ia masih memegang prinsip jika pria yang harus mengejar wanita, bukan sebaliknya. "Dokter Ryoichi, seperti teman pasien tadi sangat dekat dengan anda?" Tanya dokter Andre, rekan dokter Ryoichi yang menangani teman Salsa. "Oh... dia teman kuliah saya dokter, teman lama," jawab Ryoichi. ~~~ ~~~ Freyza menatap layar laptop di hadapannya, memeriksa beberapa pekerjaan yang diberikan kepadanya. Rania sudah kembali bekerja karena sudah sehat seperti sedia kala, hal itu membuat Freyza lega walau Tante Ranti tetap tidak mengijinkan dirinya mendekati saudara sepupunya itu. Tak terasa jam pulang sudah tiba, Freyza membereskan mejanya dan menutup laptopnya. Ia kemudian berjalan keluar dari divisi HRD dan menuju lift untuk turun di lobby, Freyza kemudian melintasi lobby tapi sebelum sampai di pintu lobby ponselnya berbunyi. Sebuah panggilan dari pak Zaky membuat jantung Freyza berdetak tak tenang, ia takut pengacara papanya itu bertanya sesuatu yang ia tak bisa menjawabnya. Freyza menghela nafas dalam sebelum menjawab panggilan pengacara yang sudah ia anggap seperti papanya sendiri. "Halo om." "Frey, bisa ke kantor om sekarang?" "Kenapa om?" "Ada yang penting dan ingin om bicarakan." "Baiklah, Freyza kesana sekarang." "Ok, om tunggu." Freyza mengakhiri panggilan, ia yakin jika pak Zaky tahu tentang perlakuan tantenya pada dirinya dan ia bingung harus mengatakan apa, Freyza bergegas berjalan keluar dari gedung tempat ia bekerja dan menghentikan taksi agar cepat sampai di kantor advokat milik pak Zaky, akan lama jika ia naik angkot, harus berganti beberapa kali. Dalam waktu satu jam Freyza sudah sampai di depan gedung dimana kantor advokat pak Zaky berada, Freyza kemudian berjalan masuk dan bertanya pada resepsionis. Walau pak Zaky yang memintanya datang tapi ia harus mengikuti birokasi saat akan menemui pengacara. Untungnya pak Zaky sudah memberitahu resepsionis jika ia ada janji dengan Freyza, resepsionis meminta Freyza segera masuk dalam ruangan pak Zaky karena sudah ditunggu. Dengan perasaan tidak enak Freyza melangkah menuju ruangan pak Zaky, ia mengetuk pintu ruangan pak Zaky beberapa kali, suara pak Zaky di dalam mempersilahkan Freyza masuk, Freyza memutar handle pintu dan membukanya kemudian masuk. Pak Zaky yang duduk di sofa set tersenyum melihat Freyza dan memintanya duduk di sampingnya. "Selamat sore om," sapa Freyza kemudian mencium punggung tangan pak Zaky tanda hormat, seperti ia melakukannya pada papanya. "Sore Frey." "Jadi, apa yang om Zaky mau bicarakan dengan Freyza?" "Om yakin kamu sudah tahu hal penting apa yang akan om bicarakan." "Tentang perusahaan dan aset aset papa om?" "Exactly..." Freyza menghela nafas dalam dan menatap pak Zaky. "Kenapa diam Frey? Kenapa tantemu yang menguasai semuanya, dari perusahaan hingga properti. Apa maksud semua ini, kenapa kamu diam dan tidak mengatakan semua itu pada om?" "Sudahlah om, kita tidak perlu bahas semua itu, Freyza tidak apa apa." "Kamu tidak apa apa walau bekerja menjadi staf HRD di perusahaan kamu sendiri? tapi om tidak bisa terima perlakuan ini Frey." "Sebenarnya..." Freyza ragu apakah akan memberitahu kejadian setahun kebelakang saat ia tertekan dan melakukan percobaan bunuh diri, ia takut semua akan melebar kemana mana. Ia hanya ingin hidup tenang seperti ini walau hanya menjadi staf biasa di perusahaan yang harusnya menjadi hak miliknya, tak ingin kembali ke masa ia yang penuh rasa bersalah akan kematian kedua orangtuanya dengan permainan kata tante Ranti. Lynagabrielangga. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN