Part 3-b

1516 Kata
Ryoichi duduk di mejanya yang berada di ruang IGD, pasien sudah tertangani semua. Keluarganya sudah kembali ke Malang kemarin, dan Ryoichi masih ingat apa yang dikatakan mama Auryn sebelum pulang. Flashback on. Ryoichi mengantarkan mama dan papanya juga Michella menuju bandara, hari ini ia izin beberapa jam dari tugasnya di IGD untuk mengantarkan keluarganya ke bandara. "Oichi..." "Iya ma?" "Mama minta kamu menolong dengan hati, ikuti nurani kamu nak," ucap mama Auryn. "Maksud mama?" Tanya Ryoichi bingung, ia menoleh sejenak pada mamanya yang duduk di jok belakang bersama Michelle. "Gadis yang kamu ceritakan ke mama itu siapa namanya?" "Freyza ma, tapi dia bukan menjadi pasien aku ma, dia baik baik saja sepertinya," jawab Ryoichi. "Mama dengar cerita kamu sepertinya tidak begitu sayang, ada sesuatu yang mendalam yang ia alami." "Tapi ma, bagimana aku menolongnya? Dia tidak berobat ke rumah sakit kita, lagi pula Oichi rasa dia sudah baik baik saja, tidak seperti orang yang trauma mendalam saat kemarin Oichi bertemu dengannya." "Tapi mengingat kejadian di rumah sakit saat dia minta tolong pada kamu, mama yakin dia butuh bantuan." "Kita lihat nanti deh ma, aku kan tidak bisa sembarangan dalam hal ini." "Iya mama mengerti, jika suatu saat dia meminta bantuan kamu, kamu harus menolongnya sayang." "Pasti ma, itu yang mama dan papa ajarkan pada Oichi juga Chella." Flashback off. Ryoichi bingung kenapa mamanya yakin jika gadis bernama Freyza itu butuh bantuannya, sepertinya gadis itu sudah baik baik saja. Di tempat lain, dirumah Freyza yang besar dan luas, Freyza sudah mandi dan sarapan. Ia berdiri di balkon kamarnya menatap halaman belakang rumahnya yang luas dsn hijau, dua tukang kebun sedang membersihkan halaman belakang. Matanya menerawang jauh saat pemakaman papa dan mamanya, dengan lantang tante Ranti menyalahkan dirinya dan terus memojokkannya. Freyza yang awalnya memegang tampuk pimpinan perusahaan papanya perlahan mulai disingkirkan oleh tante, Tante Ranti dan om Alex yang mulai mengambil alih perusahaan, kemudian rumahnya juga. Tante Ranti mulai mendoktrin Freyza dengan kesalahan kesalahan hingga Freyza tertekan dan beberapa kali melakukan bunuh diri karena termakan doktrin dari tante Freyza. Freyza sudah lelah sebenarnya, setahun sudah kedua orangtuanya meninggal dan tante Ranti tidak melakukan peringatan apa apa atau mengirim doa yang seharusnya dilakukan. Ia mau mengusulkan itu tapi ia takut jika tante Ranti kembali menyalahkan dirinya, karena ia sudah lelah dengan semuanya. Freyza mendengar suara pintu kamar terbuka, ia memegang takut jika itu adalah Tante Ranti. Perlahan Freyza membalikkan badannya dan wajahnya terlihat lega karena bi Yayah yang masuk dengn wajah tak dapat diartikan. "Bi Yayah kenapa?" Tanya Freyza bingung. "Di ruang tamu ada..." "Ada siapa bi?" "Ada pak Zaky non." "Om Zaky? Dia sudah kembali dari new York?" Tanya Freyza dengan wajah bersinar penuh harapan. "Freyza harus menemuinya bi." Freyza bergegas berjalan akan keluar dari kamarnya tapi ucapan bi Yayah menghentikan langkahnya. "Tapi nyonya Ranti sudah ada bersamanya non." Freyza diam di tempatnya, rasa takut kembali menggelayuti hati dan pikirannya. Pak Zaky adalah sahabat papanya dan juga pengacara keluarga mereka, ia sedang menangani kasus besar di New York yang membutuhkan waktu lebih dari setahun, ia tidak bisa pulang saat sahabatnya, papa Freyza meninggal dan kini beliau sudah pulang, Freyza merasa ia memiliki harapan keluar dari kungkungan tante Ranti. Dengan sedikit keberanian, Freyza melanjutkan langkahnya keluar kamar dan turun menuju ruang tamu. Ia lihat Tante Ranti sedang berdebat dengan pak Zaky. "Freyza..." "Om Zaky..." Dengan ragu Freyza berjalan mendekati pak Zaky dan memeluknya erat, sahabat papanya ini sudah ia anggap seperti papanya sendiri karena begitu dekatnya pak Frederick dan pak Zaky. Freyza kemudian mengurai pelukannya dan duduk di samping pak Zaky berhadapan dengan tante Ranti. "Kamu tidak bekerja sayang? Bukankah kamu yang memegang tampuk Frederick corporation?" Freyza hanya diam, ia melirik Tante Ranti yang memberikan tatapan membunuh padanya. "Bagaimana kabar om Zaky dan keluarga?" Tanya Freyza mengalihkan pembicaraan. "Baik, Tante Alya baik, Andrea juga. Ia sangat merindukan kamu Frey." "Om Zaky akan sudah tidak akan kembali ke USA kan?" "Tidak, kasus om sudah beres." "Om kesini mau menemui Freyza?" Tanya Freyza lagi. "Bagus kamu tanyakan hal itu, om tadi ke perusahaan ingin menemui kamu malah pak Alex yang ada disana menjadi pimpinan perusahaan. Ada apa ini Frey? Harusnya kamu karena kamu putri tunggal mas Frederick." Pak Zaky kemudian menatap Tante Ranti yang kemudian salah tingkah. "Semua bisa saya jelaskan mas Zaky, Freyza sedang sakit dan tidak mungkin bisa memimpin perusahaan dengan baik, makanya suamiku yang menggantikan posisinya." Tante Ranti mulai membuat alibi. "Sakit? Kamu sakit apa sayang? Ayo kita ke rumah sakit." Pak Zaky melirik pergelangan tangan Freyza yang diperban. "Dia sudah baik baik saja sekarang mas, hanya tinggal pemulihan. Biarkan dia istirahat jangan dibebani dengan urusan perusahaan dan lainnya. Lagipula ditangan suamiku perusahaan tak kalah berkembangnya dengan saat mas Frederick dan Freyza memimpin. Jadi kita biarkan saja dulu seperti ini mas Zaky." "Aku kesini tidak hanya mamu membicarakan hal itu Ranti, aku pengacara keluarga Frederick dan sudah kewajiban aku membaca surat wasiat Frederick yang sudah ia tulis jauh jauh hari, sudah beberapa tahun lalu." "Beberapa tahun lalu?" Tanya Tante Ranti terkejut. "Benar, dan karena aku ada case di New York jadi aku belum sempat membacakannya di depan Freyza dan seharusnya kamu tidak ada disini kan? Ini rumah Freyza. Bukannya kamu sudah memiliki rumah sendiri? Kenapa kamu malah tinggal disini?" Tanya pak Zaky dengan tatapan menyelidik pada Tante Ranti. "I... Itu karena kau tidak mau keponakan kesayanganku Freyza kesepian mas setelah mas Frederick dan mbak Anita meninggal, jadi lebih baik aku tinggal disini bersama mas Alex, Rania juga akan segera resign dari perusahaan di Singapore membantu mas Alex," jawab tante Ranti. "Tapi tetap saja nanti saat Freyza sudah membaik dia yang akan memegang tampuk pimpinan perusahaan Frederick corporation, bukan Alex atau siapapun. Freyza yang berhak karena dia ahli waris satu satunya keluarga Frederick." "Iya, saya tahu mas. Tenang saja, saat Freyza membaik tentu tampuk kepemimpinan akan dikembalikan padanya, ya kan sayang?" Ucap Tante Ranti masih dengan tatapan membunuh pada Freyza membuat Freyza kembali ketakutan, ia ingin mengatakan semua yang dilakukan tante Ranti padanya tapi ia takut tante Ranti akan melakukan hal buruk kepadanya melebihi apa yang ia lakukan selama ini. "Baiklah Frey, nanti malam om kesini membacakan surat wasiat papa kamu sayang, kamu istirahat agar cepat sembuh dan kembali memimpin Frederick corporation, om yakin papa kamu di atas sana sangat mengharapkan hal itu, om pamit dulu." Pak Zaky kemudian pamit pulang pada Freyza dan Tante Ranti, setelah pak Zaky pergi Tante Ranti mendekati Freyza yang masih duduk di sofa ruang tamu. "Awas saja kalau kamu bicara macam macam pada mas Zaky, kamu tidak tahu apa yang akan Tante lakukan sama kamu nanti," ancam Tante Ranti kemudian masuk ke dalam rumah. Freyza gemetar membayangkan apa yang akan dilakukan tantenya itu tapi ucapan pak Zaky memberinya semangat, papanya juga tidak akan suka jika ia terus terusan seperti ini. Freyza kemudian berdiri dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya dan duduk di sofa set kamarnya, matanya kembali menerawang membayangkan apa yang akan terjadi nanti malam saat pak Zaky membaca surat wasiat papanya. ~~~ ~~~ Freyza sudah selesai makan malam dan menunggu kedatangan pak Zaky dikamarnya, ia tak ingin turun dulu dari kamarnya sebelum pak Zaky datang karena tak ingin terintimidasi oleh Tante Ranti. Pintu kamarnya diketuk beberapa kali dan terbuka, bi Yayah masuk dan mendekati Freyza yang sedang duduk di tepi ranjang. "Non, pak Zaky sudah datang," ucap bi Yayah. "Iya bi, Freyza akan turun," jawab Freyza. Freyza diikuti bi Yayah keluar kamar dan turun menuju ruang keluarga yang memang sudah ada pak Zaky, Tante Ranti dan om Alex duduk di sofa ruang keluarga. Freyza berjalan perlahan mendekati pak Zaky dan duduk di sampingnya. "Baiklah, saya akan bacakan surat wasiat mas Frederick. Seharusnya hanya Freyza saja yang mendengarkan ini tapi tidak apa apa kalau Ranti dan Alex mau mendengarkan juga biar jelas semuanya," ucap pak Zaky. "Dalam surat wasiat ini tentu saja sudah sangat jelas jika mas Frederick memberikan semua hartanya, dari rumah, perusahaan, mobil, villa di puncak dan Bali, juga apartemen di Singapore dan London untuk Freyza sebagai putri tunggalnya. Jadi tampuk kepemimpinan harus dipegang oleh Freyza karena Freyza cukup mampu jika memegang perusahaan Frederick corporation. Bisa dilihat surat warisan ini dibuat 5 tahun lalu, dengan tanda tangan mas Frederick di atas materai," ucap pak Zaky panjang lebar. "Melihat keadaan Freyza, sepertinya itu tidak mungkin mas Zaky, dan mas Alex bisa menggantikan Freyza sementara waktu." "Aku lihat keadaan Freyza baik-baik saja," jawab pak Zaky menatap Freyza kemudian menatap om Alex dan Tante Ranti bergantian. "Sulit dijelaskan mas, mental Freyza tertekan karena kematian papanya hingga ia beberapa kali mencoba bunuh diri, untunglah aku bisa menggagalkannya. Lihat lengannya yang diperban, kejadian itu masih beberapa hari lalu mas, mana bisa mental Freyza yang labil memimpin perusahaan Frederick corporation?" Freyza terkejut mendengar penjelasan Tante Ranti, ia tertekan bukan karena kedua orangtuanya meninggal tapi karena Tante Ranti yang memojokkannya dan menyalahkannya akan kematian mama dan papanya hingga ia tertekan begitu hebatnya. Tapi ia tak bisa membela diri dibawah tatapan Tante Ranti dan om Alex, Freyza hanya diam saja saat Tante Ranti menjelaskan sesuatu yang bukan kenyataan yang sebenarnya. Freyza ingat ancaman tante ranti dan membuatnya berpikir beribu kali untuk menjelaskan yang sebenarnya pads pak Zaky. Lynagabrielangga. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN