Hari-hari di rumah sakit mulai terasa panjang bagi Nayla. Sejak kedatangannya kemarin, ia belum benar-benar tidur nyenyak. Matanya sembab, tubuhnya lelah, tapi hatinya terus menolak untuk beristirahat. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, bayangan Arka dengan wajah pucatnya membuat dadanya sesak. Pagi itu, sinar matahari masuk melalui jendela kamar rawat. Arka masih terbaring dengan wajah lemah, namun senyum tipis menghiasi bibirnya saat melihat Nayla duduk di samping ranjang, menggenggam tangannya erat. “Kamu belum tidur lagi, kan?” tanya Arka dengan suara serak. Nayla menggeleng pelan, berusaha tersenyum meski matanya jelas menunjukkan kelelahan. “Nggak apa-apa. Aku mau nemenin kamu.” Arka menatapnya dengan lirih. “Aku nggak mau kamu sakit gara-gara aku. Kamu harus jaga diri juga,

