Sea menangis semalaman, matanya sampai bengkak. Kaizen sudah memberitahu semuanya, termasuk saat Henry yang datang menemuinya, tepat saat skandal mencuat. Meski begitu, dia tidak marah pada suaminya. Andai jika mereka bertemu, mungkin rasa benci Sea pada Henry masih belum berkurang. “Berhentilah menangis, matamu bisa semakin bengkak,” bujuk Kaizen sambil berulang kali menepuk lembut punggung Sea. Namun, wanita itu masih terisak, sesekali menarik napas panjang yang tersendat. “Maaf, aku tidak memberitahumu sebelumnya. Aku juga salah membiarkan ayahmu mencari mucikari itu sendirian.” Sea menggeleng pelan. “Bukan. Bukan itu.” Suaranya terputus-putus di antara isak tangisnya. “Mungkin… kalau kejadian ini tidak terjadi, aku tidak akan pernah tahu kalau dia… masih peduli padaku,” ucapnya li