“Aku mencintaimu,” jawab David dengan nada frustasi.
“Karena itulah aku menyuruhmu menggugurkan anak itu! Kau yang memilih mempertahankannya! Kau tidak tahu bagaimana perasaanku, Sea?”
“Tapi kau bilang kau akan merawat anak ini bersamaku!” seru Sea, tak lagi mampu menahan kekecewaannya.
David menghela napas panjang. “Aku setuju karena kupikir pria itu tidak akan bertanggung jawab. Bagaimana jika posisinya terbalik? Apa kau mau merawat anakku dari wanita lain?”
Kalimat itu membuat Sea terdiam. Apa yang dikatakan David ada benarnya, tapi kenapa dia mengatakan ini setelah mendengar tawaran Kaizen. Padahal sebelumnya dia berani memaki Kaizen.
Kini Sea tahu, yang diinginkan David hanya keuntungan. Siapapun yang memberikan keuntungan lebih banyak, dia akan memilihnya.
Sea menoleh pada Kaizen, lalu bicara dengan dingin, “Anda… tidak perlu memberi kompensasi padanya.”
"Apa maksudmu, Sea?" David melotot tidak terima.
Kaizen tidak berekspresi, tenang melihat pertunjukan seru di depannya.
“Karena kau tidak layak, David. Kamu … tidak berhak!” seru Sea, nadanya semakin keras.
“Jangan gila, Sea! Aku sudah kehilanganmu. Bagaimana aku tidak berhak dapat kompensasi?” protes David.
“Kehilangan?” Sea tertawa geli.
“Kau sendiri yang menyerahkanku padanya! Kau tidak pernah kehilangan apapun, kau bahkan tidak rugi!” Amarahnya mengebu-gebu.
Berengsek! Seenak jidat dia bilang begitu.
“Kompensasi itu... aku yang paling berhak menerimanya.” Sea menoleh pada Kaizen yang sedang tersenyum tipis, seolah menikmati.
"Bukan begitu, Tuan Kaizen?” tanya Sea.
Kaizen hanya mengangkat sebelah alis, tapi tidak berkata apa-apa.
David masih belum menyerah. Uang 5 miliar, dia harus mendapatkannya meski hanya setengah.
“Bagaimana mungkin? Hatiku hancur melihatmu menikah dengan pria lain, Sea. Kau tidak tahu betapa gilanya aku saat mendengar kau hamil… dan itu anak orang lain!”
Sea tidak peduli dengan ocehan David, semua itu hanya omong kosong baginya.
“Oke, baiklah.” David bicara lagi.
“Kau memang paling dirugikan. Tapi aku juga rugi! Aku sudah menjaga dan meluangkan waktuku untukmu selama tiga tahun! Tiga tahunku terbuang untuk menjaga jodoh orang lain. Aku juga berhak mendapat kompensasi!”
David melirik Kaizen, berharap dukungan, namun tatapan Kaizen tetap dingin tidak peduli. Aura mendominasi dari pria itu begitu kuat, membuat David merasa kecil dihadapannya. Meski dia belum tahu siapa sebenarnya Kaizen, tapi dia bisa merasakan kekayaan pria itu jauh di atas keluarganya.
David merangkak mendekati Kaizen, lalu bersimpuh di hadapan pria itu. “Tuan… saya sudah menjaganya selama tiga tahun. Saya kehilangan waktu saya.”
Sea menahan rasa geli yang mengekitik. Begitu rendahnya David sekarang. Air matanya berhenti mengalir, muak menangisi sosok David yang ternyata b******n mata duitan. Tidak tahu malu pula.
“Kau benar, David. Tiga tahunmu memang tidak boleh sia-sia,” ucap Sea kemudian.
Mata David kembali berbinar. Dia bangkit dan berjalan mendekati Sea. “Iya, Iya. Kau benar. Karena itu, aku juga layak mendapat bagian.”
Sea mendongak, menatap David yang kini berdiri di hadapannya. Dengan nada sinis, ia berkata, “Kau mau kompensasi, bukan?” tanyanya.
“Sekarang… berlututlah. Minta kompensasi itu padaku.”
David tercengang, bisa-bisanya wanita di depannya bersikap sombong dan tidak tahu diri. “Jangan berlebihan, Sea!”
“Kenapa, tidak mau? Baru saja kau berlutut di hadapannya, kenapa tidak mau berlutut di hadapanku? Aku juga bisa memberimu kompensasi atas kerugianmu.”
David membeku, tidak mampu menjawab. Dia tidak mungkin mundur dan memungut Sea kembali hanya demi uang warisan satu miliar. Dia ingin yang lebih besar, dan 5 miliar itu sangat amat cukup.
Tubuh David merosot, tak mampu menahan tekanan situasi. Matanya terarah pada Sea, yang duduk di depannya dengan ekspresi dingin.
"Kau bilang rugi karena sudah menjagaku selama tiga tahun, bukan? Baiklah, mari kita hitung," kata Sea tajam.
Mata Sea tak pernah lepas dari David, dia menatapnya dengan tenang, tapi berhasil membuat David merinding.
"Selama tiga tahun, kamu sudah menjagaku dengan baik. Mentraktirku air mineral setiap berkencan. Memberiku bunga yang kau petik di taman ibumu. Dan jangan lupakan tas 'cantik' yang kau berikan padaku, tas yang sebenarnya tidak diinginkan oleh adik perempuanmu."
Sea berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya meresap dalam benak David. Tiga tahun ini, dia yang paling banyak mengeluarkan uang dibanding David.
"Jika kita hitung, itu semua tidak lebih dari seratus juta," lanjutnya.
David terkejut, mulutnya terbuka, seolah-olah mencoba memprotes. "Apa maksud—"
Namun, Sea memotongnya dengan cepat, nadanya lebih dingin. "Aku juga rugi. Kita sama-sama rugi waktu, kan? Jadi anggap saja impas. Aku juga rugi sudah memberimu makan setiap kali kita kencan, memberimu kado mahal setiap ulang tahunmu, bahkan kado untuk keluargamu. Kalau dihitung-hitung, lebih dari lima ratus juta."
"Sea!" David berteriak, amarah mulai menggelegak.
"Kau wanita matre!"
PLAK!
Suara tamparan keras menggema di ruangan, seiring dengan tangan Sea yang mendarat tepat di pipi David. Kaizen sempat tercengang, tapi wajahnya tetap datar, hanya matanya yang kini fokus pada Sea, mengamati gadis itu dengan penuh perhatian.
Dia pikir, Sea wanita lemah dan tak berdaya, ternyata memiliki keberanian yang tak terduga. Tangan kecilnya … bagaimana bisa begitu kuat sampai membuat David terhuyung. Kaizen tak menyangka, gadis yang dia anggap lembut bisa melakukan tindakan seberani itu.
Dengan tenang, Sea bangkit dari duduknya, melangkah menuju koper besar yang terbuka di samping Kaizen. Dia mengambil beberapa gepokan uang dengan tangannya yang kecil, tanpa mempedulikan bahwa itu adalah uang milik Kaizen.
Kaizen melihatnya, namun tidak berkata apa-apa. Rasa ingin tahunya justru semakin dalam. Sea berbalik, dan dengan gerakan cepat, dia melemparkan gepokan uang tepat ke wajah David.
"Seratus juta yang kau keluarkan selama tiga tahun, aku kembalikan T U N A I!”
David terhenyak selama beberapa waktu. Tatapannya nanar tertuju pada lembaran uang yang sebagian melayang jatuh dengan pelan.
Belum sempat bereaksi, Sea bicara lagi. “Untuk uang yang aku keluarkan …. itu sedekah dariku!"
Kaizen menarik sudut bibirnya. Untuk pertama kalinya, dia tersenyum puas melihat pertunjukan di depannya. Mungkin inilah yang dimaksud orang dengan ‘tidak mengganggu kucing yang sedang tidur’.
Wajah David memerah, gelora amarahnya membuncah. Dia bangkit berdiri, berniat untuk membalas Sea. Namun, Kaizen lebih dulu menyuruh Anderson untuk membawanya keluar.
“Tidak! Tidak … Sea … Sea!”
Teriakan David menggema, dia meronta saat beberapa pria menyeretnya paksa. Meski terdengar memilukan, Sea tidak peduli, menoleh saja tidak.
Dan begitulah akhirnya, David diseret pergi tanpa mendapatkan apa-apa, selain rasa kehilangan dan kekalahan telak.
Keadaan di ruangan itu tetap tegang meskipun David sudah diseret keluar. Sea berusaha mengendalikan diri, menekan rasa kecewa dan kepahitan yang mencekik tenggorokannya. Beberapa menit berlalu sebelum dia kembali menatap Kaizen, dengan nada yang lebih tenang.
"Saya akan transfer uang yang saya ambil dari koper," katanya.
"Dan untuk masalah anak ini..." Sea menghela napas, mencoba menenangkan hatinya. "Saya tetap pada pilihan awal. Saya akan membesarkan anak ini sendiri."
Kaizen yang semula tenang tiba-tiba berdiri dengan amarah yang memancar dari setiap gerakannya. Dia melangkah cepat ke arah Sea dan mencengkram rahangnya dengan kuat.
Mata mereka bertemu dalam tatapan penuh kebencian dan kekuasaan.
"Kau … terlalu angkuh!" desisnya. Amarahnya mendidih, namun dia melepaskan cengkeramannya dan pergi sebelum Sea sempat merespons.
Sea gemetar hebat, jantungnya berdetak cepat. Keputusannya terasa tepat, meski dengan harga yang mahal. Pria seperti Kaizen terlalu berbahaya untuk dihadapinya sendirian.
Bagaimana mungkin dia bisa hidup dalam bayang-bayang kekuasaan dan amarah pria itu?
Beberapa saat kemudian, Anderson masuk kembali bersama dua dokter dan perawat. Sea menatap mereka dengan bingung.
"Asisten An, kenapa Anda membawa dokter?" tanyanya dengan suara yang bergetar.
Anderson menatapnya dengan tatapan kosong, tetapi suaranya terdengar berat. "Nona... Tuan memberi perintah untuk menggugurkan anak di dalam perut Anda."
.
.