Sea benar-benar tidak ingin datang. Sungguh. Membayangkan harus berhadapan dengan Sierra saja sudah membuatnya gemetar. Sierra seperti singa betina yang jauh lebih menyeramkan daripada Daia. Namun, Kaizen terus memaksanya. Dengan senyuman khasnya yang selalu saja bisa melemahkan tekad Sea. Pada akhirnya, dia menyerah. “Hanya makan malam biasa, Sayang. Pakai saja baju yang nyaman,” ucap Kaizen lembut, memperhatikan istrinya yang belum juga bersiap, malah berdiri mematung di depan deretan dress baru yang dibeli bersama Valentina. Sea mendesah berat. Tangannya meraba gaun-gaun itu, tapi pikirannya tidak benar-benar ada di sana. Ada rasa takut di hatinya, takut Kaizen berpaling atau—lebih buruk—tergoda. “Benar-benar tidak mau datang, ya?” Kaizen bertanya lagi, kali ini suaranya lebih tena