Sea berdiri mematung di depan ruang ICU, tangannya saling mengepal erat, raut khawatir tercetak jelas di wajahnya. Kaizen berdiri di sebelahnya, mendekap istrinya dari samping. Wajahnya tenang, tapi sorot matanya sendu. Henry baru saja selesai menjalani operasi. Ada cedera kepala berat, tulang rusuknya patah dan kakinya terkilir. Kondisinya belum stabil, monitor yang terhubung ke tubuhnya mengeluarkan bunyi ritmis yang mengingatkan mereka pada – rapuhnya keadaan pria itu. “Tidak apa-apa, menangis saja!” ucap Kaizen setelah hening tercipta beberapa saat. Sea tidak tahan lagi, air matanya jatuh menganak sungai. Meski ayahnya tidak pernah berpihak padanya setelah menikah dengan Pamela, tapi dia tahu ayahnya tidak bermaksud demikian. Wanita iblis itulah yang membuat ayahnya bersikap begitu