Bercinta dan Bercinta

1258 Kata

Kaizen memandang Sea dengan intens. Tatapan tajamnya seolah menelanjangi setiap inci tubuh istrinya. Ia mendekat, jarak mereka kini nyaris tak bersisa. Kedua tangannya perlahan naik, menyentuh pinggang Sea, lalu menarik tubuh mungil itu lebih dekat. “Kau yang mulai, jangan salahkan aku kalau nanti kau menyesal,” bisik Kaizen tepat di telinga Sea, suaranya dalam dan menggoda. Sea menggigit bibirnya, dadanya berdebar kencang. Alih-alih mundur, ia justru menantang balik. “Kalau menyesal … kurasa itu bukan aku,” balasnya dengan senyum samar. Kaizen menyeringai— penuh percaya diri sekaligus mematikan. Tanpa membuang waktu, ia mengangkat tubuh Sea dengan mudah. Sea menjerit kecil, kedua kakinya spontan melingkar di pinggang suaminya. “Kai!” protes Sea, wajahnya memerah. Namun, Kaizen han

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN