Sea lelah. Bukan hanya fisik tapi batinnya juga. Acara makan malam kali ini berlangsung cukup panjang, juga melelahkan. Tidak seperti sebelumnya. “CAPEK! Mereka benar-benar menguras energiku. Kenapa makan malam harus terasa seperti medan perang?” Dia memejamkan mata sejenak, tetapi pikiran tentang Lilian dan Isabell terus mengganggu. Senyum palsu, nada sok polos, dan lirikan licik itu, semuanya membuat kepalanya berdenyut. Sea hampir menyerah mengimbangi mereka. Maklum, Sea tidak pandai berpura-pura polos dan mencari simpati. “Aagh!” Sea mendesah panjang, menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. “Aku rindu teman gibahku! Sera … Rona. Apa kabar mereka!!” Pintu kamar terbuka, dan Kaizen muncul dengan langkah santai. Sorot matanya segera menangkap tubuh Sea yang terkulai lemah di ranja