Sudah susah payah menahan diri, tapi Sea tidak bisa tinggal diam saat mata jelalatan Lilian terus mengarah pada suaminya. Dia diam sejak tadi, berniat mengawasi situasi sambil memasang tameng. Pengalaman berhadapan dengan Daia sebelumnya mengajarinya untuk tidak meremehkan lawan. Tapi sungguh di luar dugaan, Lilian bukan tipe wanita beringas dan blak-blakan seperti Daia. Justru sebaliknya— terlihat malu-malu, padahal setiap lirikan mata atau senyumnya punya isyarat lain. “Kita baru pertama bertemu ya, Sea.” Lilian akhirnya menegur Sea ketika Kaizen meninggalkan mereka untuk membantu Nenek Elizabeth ke meja makan. Sea menoleh perlahan, senyumnya tetap terjaga meski dalam hati dia sudah mengibarkan bendera perang. “Dia teman masa kecil suamimu,” bisik Helena tiba-tiba di telinganya, de