Sinar mentari masuk ke jendela kamar. Yumi terbangun saat matahari sudah tinggi, hampir jam sepuluh. Dia tak menemukan Mirza di tempat tidur. Namun, terdengar suara shower dari toilet. Dia menghela napas, tertunduk sambil memegang kepalanya yang sakit, "Ah, apa yang terjadi?" gusarnya. Yumi menoleh ke arah sekitar, tangannya meraih dress yang berada di salah satu sudut kasur. Dia memakainya karena tak ingin hanya memakai dalaman saja di pagi hari yang cukup dingin ini. Dia masih merasakan kepalanya yang sangat pusing. Tak lama, Mirza keluar dari toilet dengan rambut basahnya. Ketika matanya bertabrakan dengan tatapan Yumi, dia mengalihkan pandangannya. Mirza mengambil hair dryer dan mengeringkan rambutnya. "Kamu … menangis semalaman?" tanya Yumi. Mirza tersenyum cuek, tak peduli. Dia