Arvin pulang dari kantor dengan senyum sumringah. Dia mulai menikmati karir di balik meja komputer walau masih bekerja dua hari. Pulang disambut oleh tawa kecil Zie, meski Luna tampak cemberut dan enggan menyapa manis. “Gimana tadi di kantor? Beneran cuma jadi admin?” tanya Luna, cuek. “Alhamdulillah kerjanya nggak terlalu berat,” kata Arvin sambil membuka dasinya. “Dibantu juga sama yang lain.” “Itu perusahaan papa kamu, masa cuma jadi admin doang? Kamu sebenarnya nggak punya masa depan di sana. Perusahaan itu dipersiapkan untuk Kak Rey.” Arvin bungkam. Istrinya itu tampak tak peduli, kembali melipat kain ke dalam lemari. Setelah itu, dia pergi untuk turun makan malam. Arvin tak mengerti akan akar permasalahan yang dialami Luna. Istrinya itu tak pernah bersikap baik semenjak dia memut