Sejak pagi-pagi, sebelum Nadira datang, mobil mewah berwarna hitam mengkilap itu sudah berhenti di seberang jalan depan gedung Demario Group, menempati salah satu sudut bayangan yang tak mencolok. Di dalamnya, Yehuda duduk dengan tenang di kursi pengemudi, kedua tangannya yang kokoh menggenggam kemudi seolah mencari pegangan di tengah perasaan yang tak menentu. Dari balik kaca gelap, matanya tak lepas memandangi pintu masuk gedung yang menjadi pusat perhatiannya saat itu. Setelah sekian menit berlalu, tatapan tajamnya melunak saat sosok yang ia tunggu-tunggu muncul, turun dari taksi. Nadira. Mengenakan setelan rapi seperti biasa, wajahnya tetap memancarkan ketegasan yang membuat Yehuda tak pernah berhenti mengaguminya. Namun kali ini, aura dingin yang memancar dari wanita itu menusu

