Dering telepon seluler Daniel yang sengaja dia letakkan di atas nakas mengganggunya. Cowok itu terjaga, namun tidak segera membuka matanya. Kepalanya masih terasa sangat berat. Gerakan refleksnya adalah mengulurkan tangan dan meraba-raba permukaan nakas untuk menjangkau telepon selulernya. “Ya ampun, Siapa sih yang berani menghubungi aku? Padahal rasanya aku baru memejamkan mata sepuluh menit. Itu juga nggak nyenyak gara-gara masih jengkel sama Ryan yang memberikan informasi setengah-setengah dan terkesan mengejek. Dan Steph, di mana sebenarnya dia?” keluh Daniel sebal. Lantaran yakin bukan Orang kantor atau Salah Satu di antara Mitra bisnisnya yang menghubunginya, Daniel menggulir sembarangan. Tetap dengan kelopak mata masih terkatup. “Hallo,” sapa Daniel dengan suara yang agak sera