“Hallo,” sapa Daniel cepat begitu mendengar suara Ryan dari seberang sana. “Ada apa?” tanya Ryan cepat. “Ryan, maaf terpaksa mengganggu. Tolong kasih aku nomor telepon genggamnya Steph.” Ryan tertawa. “Kenapa tertawa?” “Apa masih belum cukup bantuan dariku? Kan sudah aku berikan alamat apartemennya. Itu juga tanpa sepersetujuan Steph. Masih bagus kalau dia nggak marah ke aku.” “Marah? Kenapa harus marah?’ “Wajar apa, kamu bertanya hal itu?” “Ryan, aku minta tolong. Aku sudah ke apartemennya, ke kantornya, tapi aku belum bisa menemuinya.” “Usaha dong. Namanya Laki-laki.” Daniel merasa lambungnya bagai tertohok. Dia menepis rasa kesalnya. Dia tak ingin membuang-buang waktu lagi. “Ryan, tolong aku sekali ini. Pasalnya, Steph sedang ada meeting di luar kantor.” “Ya kalau begitu tu