Tidak banyak yang diperbincangkan oleh Inge dan Pak Victor selama perjalanan menuju kediaman Pak Agustin. Kedua Orng itu sepretinya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Pak Victor sepertinya sudah pasrah, apabila kedatangan mereka yang tanpa mengabari lebih dahulu ini akan ditolak oleh Sang Empunya rumah. Sementara Inge, mencoba meredakan perasaannya yang gundah gulana. Apa boleh buat. Aku memang harus menempuh resiko ini. Aku sangat berharap Papa ada di Pihakku. Aku merasa sudah nggak ada tempat yang nyaman buatku untuk tinggal di Jakarta, setidaknya sementara waktu. Aku benar-benar harus sesegera mungkin pergi, ucap Inge dalam hati. “Jaga sikapmu baik-baik ya Inge. Jangan menambah persoalan,” perkataan Pak Victor ketika mereka semakin dekat ke rumah Pak Agustin, memecah kesenyapan di