“Mbak, ini.” Sharvani mengalihkan pandang ke arah Pandu yang menyodorkan sesuatu padanya. Sebelum menerimanya, dia mendongak, menatap wajah adiknya dengan bingung. “Apa ini, Dek?” “Dari ... Mas Galindra.” Sekejap, mata Sharvani membelalak. Dia buru-buru menutup buku yang tadi dibacanya, lalu berdiri dan langsung mengambil paper bag besar dari tangan Pandu. Gerak tubuhnya refleks melirik ke sekeliling, waspada, seolah takut Mama atau Papa tiba-tiba muncul dari balik pintu. “Jangan bilang siapa-siapa, terutama Mama dan Papa,” pintanya lirih. “Mereka bisa marah besar kalau tahu Mbak masih ada kontak sama Mas Galindra.” “Iya, aku ngerti. Tenang aja, aku nggak akan bilang ke siapa pun.” “Terima kasih banyak, Dek.” “Sama-sama, Mbak.” Sebelum berpaling, Pandu sempat menambahkan, “Di dalam