Sharvani memperhatikan dari balik kaca saat mobil Galindra perlahan meninggalkan halaman rumah mereka. Pria itu berangkat kerja tanpa sepatah kata pun, melewatkan sarapan, hanya menyiapkan sandwich dan segelas s**u kehamilan yang sudah tertata rapi di meja makan. Selama beberapa hari terakhir, Galindra menjalankan perannya dengan nyaris sempurna—menjadi calon ayah yang bertanggungjawab, sekaligus menjaga jarak dari Sharvani. Bahkan rutinitas malam membacakan cerita dan membisikkan kata-kata cinta kini dialihkan lewat voice note yang dikirim via w******p. Sharvani mendengarkannya setiap malam, seolah Galindra benar-benar hadir di sisi ranjang, padahal tidak. Tak ada lagi malam ketika mereka berbagi ranjang. Kini, sisi tempat tidur yang biasanya ditempati Galindra kosong dan terasa dingin.