Hiruk-pikuk obrolan pelanggan, suara mesin espresso, dan dentingan sendok membentuk harmoni khas kafe yang ramai di jam makan siang. Sharvani, mengenakan apron cokelat muda yang sudah terkena noda whipped cream di bagian bawah. Rambutnya disanggul rapi, tapi beberapa helai terlepas, membingkai wajahnya yang sedikit berkeringat. Dia baru saja mengantar dua piring croffle ke meja nomor empat, lalu berbalik menuju kasir, membantu Susan, dan menyapa pelanggan yang baru datang dengan senyum sopan. “Selamat siang! Mau langsung pesan atau lihat-lihat dulu, Kak?” sapanya ramah. Seorang kurir berdiri tak jauh dari pintu, mengangkat kantong besar bertuliskan logo aplikasi pengiriman makanan. Sharvani segera tanggap, berjalan cepat ke meja pengemasan. “Yang pesanan take away sudah siap ya, Mas.