bc

Pak Presdir, Nikah Yuk!

book_age18+
320
IKUTI
4.5K
BACA
friends to lovers
arranged marriage
heir/heiress
drama
sweet
like
intro-logo
Uraian

Tiba-tiba dijodohkan dengan orang yang tidak masuk dalam kriteria idaman memang sangat merepotkan.

Andini, seorang guru yang lembut dan berjilbab tiba-tiba di jodohkan dengan Niko yang sama sekali tidak memiliki sisi syar'i seperti yang dia inginkan.

Hal serupa juga terjadi pada Niko. Dia menginginkan wanita yang seksi dan beekelas, tapi malah dinikahkan dengan wanita dengan pakaian serba kedodoran.

"Mari bercerai setelah 1 tahun dan jangan pernah berharap lebih padaku!" ucap tegas Niko.

Akankah pernikahan itu benar terjadi?Bisakah Andini menaklukkan suaminya yang ternyata sudah menyiapkan penggantinya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Tolak Perjodohan Ini!
“Pa.” Niko menoleh ke arah papanya. “Papa serius itu orangnya?” bisik Niko pelan. Niko menatap papanya dengan tatapan tidak percaya dengan pilihan sang papa. Entah apa yang merasuki diri papanya, sehingga seorang wanita dengan hijab lebar dan panjang kini sedang melangkah ke arah mejanya. Ya, wanita itu memakai kerudung berukuran besar dan lebar. Terkesan sangat kuno dan tidak stylish untuk pandangan seorang pria muda bergelar Master dan bekerja sebagai seorang pimpinan perusahaan. Bukan hanya itu saja, tapi baju yang dipakai oleh wanita itu juga terlihat sangat longgar yang mirip dengan kata kedodoran. Benar-benar bukan selera Niko dan pastinya akan membuatnya jadi bahan omongan orang, jika mereka benar akan menjadi pasangan. “Gak usah protes kamu! Pokoknya kenalan aja dulu,” sahut Haris pelan yang kemudian segera berdiri menyambut tamunya. “Kenalan? Tapi Pa, Niko –“ “Kang Atmaja. Wah, lama banget kita gak ketemu ya,” sapa Haris sambil berdiri, menyapa teman lamanya. “Haris. Wah ... makin keren aja kamu ya. Gak kerasa hampir 5 tahun gak ketemu, tapi kayaknya kamu gak banyak berubah deh,” puji Atmaja sambil menjabat tangan sahabat lamanya. “Bisa aja Akang ini. Rambut udah banyak yang putih ini, Kang. Malah Kang Atmaja nih yang rambutnya masih item semua. Masih kayak anak muda,” canda Haris sambil terkekeh. “Hahaha ... bisa aja kamu ini.” “Teh Santi, apa kabar, Teh?” Haris ganti menyapa istri Atmaja, yang sedari tadi berdiri di samping suaminya sambil tersenyum mendengar perbincangan dua pria paruh baya itu. “Baik, Pak Haris. Emm ... Amira gak ikut?” tanya Santi yang tidak melihat kehadiran istri sahabat suaminya. “Ada, ada kok. Lagi ke toilet sebentar. Bentar lagi juga balik kok,” jawab Haris. “Oh iya, ini Niko. Kang, masih inget Niko gak, Kang? Dia udah segede ini sekarang,” lanjut Haris memperkenalkan putra sulungnya. Atmaja menatap pria muda di depannya itu dari atas ke bawah dengan senyum mengembang. “Wah, makin ganteng aja ya. Lama banget gak liat Niko, sekarang malah udah setinggi ini,” puji Atmaja saat dia melihat calon menantunya. “Bisa aja Om Atmaja ini,” jawab Niko sambil tersenyum dan sedikit tertunduk malu. Sekilas Niko melihat seorang wanita yang masih berdiri di belakang Atmaja. Wanita itu sepertinya lebih banyak menunduk sehingga Niko sedikit kesusahan melihat wajahnya. “Ya ampun, tamunya udah dateng. Mbak Santi, maaf ya dateng telat. Gimana kabarnya, Mbak?” sapa Amira yang baru saja datang dan langsung menyapa calon besannya. “Baik, Mir. Kamu makin cantik aja sekarang.” “Kang.” Santi tersenyum sambil mengangguk saat dia menyapa Atmaja. Santi melihat ke arah wanita berkerudung peach yang masih tertunduk di belakang Atmaja. “Itu Andini ya?” tanya Amira ingin tahu. “Iya, ini Andini. Ra, kok diem aja sih? Nih Tante Amira dan ama Om Haris nih,” ucap Atmaja sambil menyuruh putru kesayangannya berdiri di sampingnya. Dengan malu-malu, Andini mengangkat wajahnya lalu memberikan senyum manisnya pada kedua orang yang berdiri di depan orang tuanya. Tentu saja dia melewatkan melihat Niko yang sejak tadi berdiri di depannya. Bukannya tidak suka dengan Niko, tapi Andini merasa malu jika harus beradu pandang dengan pria yang sedang akan dijodohkan dengan dirinya itu. Tampan. Ya, pria itu terlalu tampan untuk Andini, sampai dia merasa malu sendiri jika menatapnya. Lalu bagaimana dengan Niko? Niko terus mengarahkan pandangan matanya pada wanita berkerudung itu. Entah apa yang salah pada dirinya saat ini, tapi yang pasti senyum yang mengembang di wajah Andini itu membuat Niko enggan berpaling atau hanya sekedar berkedip. “Heh! Ngeliatnya biasa aja dong,” tegur Haris sambil terkekeh dan menepuk pundak putranya. Niko sedikit tersentak. “Ih, papa ini. Ngagetin aja sih.” Niko segera mengalihkan pandangannya. Haris terkikik sendiri melihat tingkah putranya yang sedang salah tingkah. Ini adalah kali pertama dia melihat putranya terpesona pada seorang wanita, hingga Niko tampak sangat malu, saat ketahuan. “Hai, Din. Waah ... kamu makin cantik ya sekarang. Katanya udah lulus ya kuliah kamu,” sapa balik Haris. “Iya, Om. Dan alhamdulillah sekarang udah ngajar juga,” jawab Andini sopan. Niko kembali menoleh ke arah Andini. “Apa? Dia guru. Busyet! Makin diketawain aku ntar kalo ampe nikah ama dia,” gerutu Niko dalam hati dan kembali membuang wajahnya dari Andini. “Oh, udah jadi guru sekarang. Udah cantik, pinter ... sekarang jadi guru juga. Pasti muridnya banyak yang suka ya,” sahut Amira. “Tante ini bisa aja. Tapi emang sering digodain juga sih, Tan. Ama brondong SMA,” canda Andini sambil tergelak ringan. “Udah pasti lah itu. Nik, kenalin ini loh. Jangan sok cuek gitu.” Haris memanggil putranya yang sedang memasang mode sok cool. “Din, ini Niko. Nik, ini Andini. Cantikkan dia?” tanya Harus setelah memperkenalkan dua anak muda itu. Niko memilih tidak menjawab pertanyaan papanya. Dia hanya tersenyum datar sambil melihat ke arah Andini. Lagi-lagi Andini segera menundukkan wajahnya, setelah pandangannya bertemu dengan Niko. “Ya Alloh, ganteng banget,” ucap Andini dalam hati mengagumi ketampanan wajah Niko. “Eh, kok berdiri aja, kita duduk yuk,” ajak Haris sambil mempersilakan tamunya untuk duduk. “Loh, pada ke mana?” tanya Niko yang melihat papanya mengajak temannya pindah ke meja sebelah. “Udah, kalian berdua di sini aja. Ngobrol biar makin deket. Yuk Kang, kita ke sebelah,” ajak Haris. “Oh iya. Ayo Bu, kita ke sana,” jawab Atmaja sambil mengajak istrinya. “Bu.” Andini melingkarkan tangannya di lengan ibunya. “Cuma di sebelah kok. Nih, deketan juga,” jawab Santi yang mengerti perasaan putrinya. “Gak papa, Din. Kan masih deket. Kalian santai aja ya, biar capat akrab,” sahut Amira yang mencoba meyakinkan Andini juga. Andini tidak punya pilihan. Dia pun akhirnya duduk di meja itu, berdua saja dengan Niko. Canggung. Pasti! Andini yang tidak pernah duduk berdua saja dengan seorang pria, menjadi tidak nyaman. Meskipun posisi keluarganya tidak jauh, tapi tetap saja, dia canggung dengan keadaan ini. Tapi tidak dengan Niko. Pria muda yang sedang dijodohkan itu, terlihat lebih santai. Dia yang memang sudah memesan minum lebih dulu, hanya menikmati minumannya, tanpa peduli pada wanita yang duduk di dekatnya. Haris memang sengaja memesan dua meja di restoran ini. Dia ingin membiarkan Niko dan Andini saling berinteraksi sendiri dengan leluasa agar cepat akrab. Kalau mereka semua duduk satu meja, pasti nanti yang bicara hanya para orang tua, sedang orang yang hendak dijodohkan, hanya akan diam dan menjadi pendengar. “Tolak rencana perjodohan ini. Aku udah punya pacar,” ucap Niko tiba-tiba memecah keheningan. “Hah? Gimana, Mas?” tanya Andini sedikit kaget. Niko mengangkat pandangannya dan melihat ke arah Andini. “Aku punya pacar. Jadi gak usah ngarep aku bakalan nikahin kamu.”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Tentang Cinta Kita

read
212.1K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
292.2K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
151.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
167.2K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.3K
bc

TERNODA

read
192.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook