Tak Enak Hati

1114 Kata
"Apa-apaan itu. Kenapa dia pake senyum segala sih. Sok kecantikan banget dia," gumam Niko sambil membuka dasi yang yang kian mencekat lehernya. "Ga, gw ga suka ama dia. Gw sayang ama Laura. Gw ga boleh khianati Laura." "Aduh, tapi kenapa gw deg degan gini sih. Bodo ah. Mau mandi gw." Niko segera ke kamar mandi. Dia ingin segera mengguyur kepalanya dengan air dingin. Dia tidak ingik kegilaan yang di rasakan karena melihat senyum Andini makin menjadi-jadi. "Tuh kan tante, Mas Niko marah lagi. Pasti makin ilfeel deh sekarang," keluh Andini. "Kamu yakin Niko kesel ama kamu?" tanya Santi. "Kalo menurut Jeng Santi gimana?" tanya Amira. "Kok kaya orang salah tingkah ya. Kalo menurut saya loh. Tapi ga tau lagi itu bener ato ga." "Nah itu dia, Jeng. Niko tadi sedih banget pas tau Jeng Santi ama keluarga ga mampir sini. Eh sekarang malah begitu." "Udah lah Tan, jangan mojokin Mas Niko terus. Kasian Mas Niko kalo dipaksa suka ama Andin. Mas Niko punya pacar, tan." "Loh, kok kamu tau. Siapa yang bilang?" "Mas Niko sendiri yang bilang sejak pertemuan pertama dulu. Tapi dia janji kalau kami nikah, pacarnya diputusin." "Trus kamu gimana, tetep mau nikah ama Niko?" "Andin ikut kata ayah aja, Bu. Kalo kata ayah Mas Niko baik, Andin akan mencoba menerima." Waktu makan malam tiba. Seluruh keluarga sudah berkumpul di meja makan. Niko duduk tepat di hadapan Andini. Andini sedikit tidak nyaman dengan tatapan Niko yang seolah membakar semua kulitnya. "Ko, besok sore luangkan waktu kamu buat anterin Om Atmadja ke nikahan keponakannya ya?" kata papa Niko. "Kok Niko sih pa?" protes Niko. "Ya terus siapa? Masa papa yang anterin. Besok sekalian kamu undangan bareng ama Andini." "Bareng ama Andini? Boleh, tapi ada syaratnya." Niko menatap ke arah Andini tajam. "Apa syaratnya?" tanya Andini. "Jangan pake baju kaya gini, malu aku jalan ama kamu." "MAS NIKO!! Kamu keterlaluan!!" Andini membentak Niko. Dia segera meninggalkan meja makan dan masuk ke kamarnya. "Niko!! Apa-apaan kamu berani ngomong kaya gitu!!" ucap Haris membentak putranya. "Niko ga suka sama Andini?" tanya Atmadja sedikit kecewa. "Anu om, tadi Niko cuma bercanda kok. Niko ga serius. Tapi Andini malah tanggapannya begitu," jawab Niko yang dari tadi mematung melihat reaksi Andini. "Niko, Andini memilih memakai baju seperti itu karena dia ingin menjadi terhormat buat suaminya. Dia ingin yang melihat dirinya hanya suaminya. Kalo Niko nanti jadi memperistri dia, Niko baru boleh melihat semuanya," kata Santi sambil menatap lembut ke Niko. "Minta maaf sana ke Andini. Gara-gara kamu, Andini ga makan malam." Niko jadi serba salah,dia ingin mengungkapkan penyasalannya ke Andini tapi gengsinya masih kegedean. Dia memilih diam dulu saat ini. *** Andini menangis dalam kamar. Dia kecewa dengan ucapan Niko. Bagaimana mungkiin, Niko menyuruhnya untuk mengganti busananya hanya untuk pergi bersama. Buat Andini, itu sangat tidak mungkin. "Mas Niko keterlaluan. kalo emang dia mau ama pacarnya yang seksi ya silahkan, tapi jangan suruh aku seperti dia," kata Andini dalam tangisannya. Andini tidak memperdulikan siapapun di luar sana yang datang mengetuk pintu kamarnya. Malam ini dia hanya ingin sendiri. Niko yang serba salah di rumah, akhirnya memilih keluar rumah. Dia menghubungi Adam, sahabatnya untuk bertemu. Dia tidak mungkin menemui Laura saat ini. "Kenapa lu? Dateng-dareng mukanya ditekuk gitu?" tanya Adam. "Lagi bete gw," jawab Niko sambil menjatukan badannya ke sofa malas di apartemen Adam. "Tengkar lagi ama Laura?" "Bukan soal Laura. Soal Andini." "Andini? Kenapa lagi, bokap lu nyuruh lu cepet nikahin dia?" Adam menyuguhkan segelas air putih untuk Niko. Adam sangat hafal sahabatnya itu kalau stress selalu memilih air putih untuk dia minum. Niko menceritakan kejadian tadi di rumahnya. Dia juga menceritakan bagaimana marahnya Andini karena ucapannya. "Ga waras lu ya!! Andini sejak belum kenal lu udah pake baju begitu. Kenapa pjuga lu malah komen begitu ke dia." "Gw cuma becanda, Dam. Gw ga serius. Gw ga nyangka kalo dia bakalan kaya gitu responnya." "Eh, lu tuh pernah sekolah ga sih? Ato selama ini ijazah lu semua lu beli kali ya. Attitude lu ke mana sodara Niko yang terhormat. Andini ga kaya cwe yang biasa lu ajak kenalan. Dia juga ga kaya Laura." "Ya makanya itu gw bingung banget sekarang. Bokap gw nyalahin gw. Dia ga mau buka pintu kamarnya, makin stress kan gw sekarang." "Lu suka ama Andini?" "Ga usah ngaco omongan lu. Mana ada gw suka ama dia. Dia ga sebanding ama Laura." "Tapi kayanya lu ga seheboh itu ama Laura. Lu lagi berantem kan sekarang ama Laura?" "Tau dari mana lu? Cerita lagi dia ama lu, dasar cwe." "Jujur ya, gw kira lu ke sini tadi mau ngomongin soal Laura, tapi ga taunya malah Andini. Kaget juga gw. Laura apa kabar, bos?" "Ga tau, gw belum hubungin dia. Males denger rengekan dia mulu. Ga ada dewasanya sama sekali. Makin lama makin manja." "Kalo saran gw ya. Coba neeh ya. Lu kenalin hati lu. Yang sebenernya ada di hati lu itu siapa? Laura ato Andini." "Caranya?" "Lu kan lagi berantem neeh ama keduanya. Nah tinggal lu rasain aja neeh yang paling nyiksa itu rasa ke Andini ato ke Laura. Gampang kan?" "kalo kaya gitu doank sih gampang. Pasti Laura lah. Secara gw udah 2 tahun ama dia, gw sayang banget ama dia." "Ya udah trus ngapain lu bingung soal Andini. Nyante aja bos." Niko terdiam, pikirannya melayang entah ke mana. Dia meresapi setiap ucapan Adam. Apa bener dia sayang ke Laura? Atau dia sebenernya mulai sayang ke Andini. *** Andini menggeliat dari tidurnya. Setelah kebanyakan menangis tanpa sadar dia tertidur. Dia melihat jam di tembok kamarnya. "Ya Alloh kok udah hampir jam 12, aku belum sholat isya tadi." Andini segera memakai kerudungnya dan beranjak untuk mengambil air wudhu di kamar mandi. Dia keluar dari kamarnya dan berjalan pelan ke arah kamar mandi. "Aduh perutku kok laper ya?" kata Andini yang ingat dia tadi belum makan malam. Perlahan dia langkahkan kakinya menuju dapur rumah itu. Dia ingin mencari sisa makanan. "Kalo aku ambil, aku mencuri. Tapi kalo aku ga ambil, perutku laper. Aku ambil ga ya?" "Ga usah ah, nanti makanan yang masuk ga halal. Mending ditahan aja sampe pagi," ucap Andini bermonolog di dapur. Dia berbalik badan ingin menuju kamar mandi. Tek Suara saklar lampu di tekan, maka menyalalah lampu disana. Andini kaget karena ternyata ada orang yang menemukannya sedang di dapur. "Kamu laper?" tanya Niko yang ada di depan Andini. "Mas Niko. Ga kok Mas, cuma pengen minum aja," jawb Andini sedikit berbohong. "Ga usah boong. Aku denger semua kok. Ikut aku, di rumah ga akan ada makanan sisa." "Eh, tapi Andini ga laper kok Mas." "Udah buruan ikut. Mau laper ato ga pokoknya ikut aja." ucap Niko sambil berjalan lebih dulu. Ekor matanya menangkap Andini masih terdiam di tempatnya. "Buruan!" Niko segera menggadeng tangan Andini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN