Tamu Istimewa

1109 Kata
Niko pulang ke rumahnya saat keadaan rumah terasa sepi. Dia cuma menemukan Jojo adiknya sedang nonton sepak bola di TV. "Sepi amat, pada ke mana?" tanya Niko. "Lagi kondangan. Lu sendiri dari mana baru pulang?" "Habis ketemu Pak Jaya." Niko menjatuhkan tubuhnya di sebelah Jojo. "Lu kapan mau masuk ke kantor. Masa kerjaan lu cuma main aja tiap hari," tanya Niko ke adiknya. Memang sejak jojo pulang dari Amerika, pemuda itu belum mau masuk kantor. Dia masih ingin main dan jalan-jalan bertemu teman-temannya. "Masih males gw. Minggu depan gw mau jalan dulu ke Singapore. Pengan main ke USS dulu." "Jo, lu kan bukan anak kecil lagi. Masa main ke USS sih." "Biarin, emang kalo ke USS harus anak kecil ya." Niko merasakan ponsel di saku celananya bergetar. Dia berharap Andini menghubunginya lagi. Tapi ternyata bukan. "Iya Ra, ada apa?" sapa Niko saat tahu Laura yang menelfonnya. "Kamu di mana?" tanya Laura. "Aku baru nyampe rumah, kenapa?" "Nik aku kangen. Kesini ya. Aku masakin buat kamu." "Aku capek, Ra. Aku mau istirahat. Ini aja aku belum mandi loh." "Aaahhh Niko, istirahat di sini aja sama aku," rengek Laura. "Aduh, aku males keluar lagi. Ntar aja kalo libur ya. Kerjaanku padet banget sekarang." "Cewek manja di ladenin," gerutu Jojo di sebelah Niko. Niko hanya melirik kesal ke adiknya. "Kamu ga sayank aku lagi ya. Kamu ga biasanya kaya gini. Kamu biasanya selalu nurutin aku. Kamu berubah." "Aku ga berubah sayank, aku cuma lagi sibuk banget. Yang ngerti donk." "Alah kebanyakan alesan kamu. Bilang aja kamu udah bosen. Kalo kamu ga dateng ke sini, kita putus!!" ancaman lama Laura muncul kembali. Ancaman yang akan membuat Niko luluh dan segera mendatanginya. "Udah buruan mandi sana, sebelum cwe lu marah-marah lagi." Jojo menyenggol lengan kakaknya yang menyandar di sofa. "Capek gw. Gw mau tidur ah," kata Niko sambil berjalan pelan naik ke kamarnya. Niko lelah fisik dan lelah hati. Fisiknya terkuras seharian untuk bekerja. Tiap hari dia bekerja untuk menggantikan papanya yang ingin memberinya jabatan sebagai Direktur cabang Bandung. Lelah hatinya karena belakangan kekasihnya, jadi sedikit lebih sensitif seolah dia tidak mau mengerti keadaannya. Laura terus mengancam putus jika Niko tidak menuruti kemauannya. Di sisi lain ada Andini yang terlalu cuek dan diam-diam membuatnya penasaran. Ya, Niko sedang berada di titik jenuhnya saat ini. Dia naik ke atas tempat tidur besarnya dan segera tertidur. *** "Niko ke mana kok tumben belum turun dari kamarnya?" tanya Haris saat dia tidak menjumpai putra sulungnya ada di sana. "Masih di kamar, Pa," jawab Amira sang istri. "Semalem lagi berantem ama Laura kayanya, Pa. Bete banget dia," jawab Jojo sambil duduk di kursi di ruang tengah rumahnya. "Berantem ama Laura?" tanya Haris. "Iya pa. Tau tuh kenapa lagi. Masalah lama kayanya." "Udah dibilangin ga usah lagi ama Laura kok masih aja dia ya. Ga mau nurut ama Papa dia kayanya." "Pa, Niko udah lama ama Laura. Jangan sampe nanti dia malah berontak. Kata Rivan juga dia banyak perkembangan kok ama Andini. Sabar ya pa." Amira mencoba menenangkan suaminya." Sementara itu, Niko baru selesai mandi di kamarnya. Dia sedang mengecek pesan yang masuk di ponselnya. Ada ratusan pesan dari Laura masuk ke ponsel Niko. Dia tidak ingin membaca pesan yang terlalu panjang dan isinya pasti akan sama saja. Niko hanya membalas dengan satu kata, "maaf". Semalam Niko memang sangat lelah. Dia sampai tertidur tanpa mandi dan ganti baju. Kelelahan total sedang melandanya tadi malam. Satu pesan terselip paling bawah membuat Niko penasaran. Pesan dari Andini, apa yang ingin di sampaikan gadis itu sekarang. "In syaa Alloh hari ini Andini ke Jakarta naik travel. Ada acara di sana sekalian menuhin undangan dari Om Haris." Bunyi pesan itu. "Berangkat jam berapa ke Jakarta?" balas Niko. "Siang, Mas. Kebetulan, hari ini ayah juga ke Jakarta." "Loh sama Om Atmadja juga?" "Iya, ada sodara nikahan. Nanti ketemuan di Jakarta. Om Haris ngundang untuk mampir." "Ok, kita ketemu di Jakarta." Seolah mendapat setruman dari tegangan ribuan volt, badan Niko kembali bersemangat. Niko segera keluar dari kamarnya menuju lantai satu. "Kamu berantem lagi sama Laura?" tanya Pak Haris saat tahu putranya sudah bergabung. "Ga usah di bahas Pa, bikin males. Om Atmadja mau ke Jakarta ya, Pa?" tanya Niko sambil duduk di kursi sebelah mamanya. "Kok kamu tau?" "Andini barusan kasih kabar. Nginep sini kan, Pa?" "Kayanya ga. Atmadja mau langsung pulang." "Oh," ada raut kecewa di wajah Niko saat mendengar ucapan papanya. "Kamu kenapa? Kok kaya langsung lesu gitu?" tanya Amira sambil membelai rambut putranya. "Ga papa kok. Makan yuk, Ma. Laper neeh." kata Niko seraya bangkit dari duduknya menuju meja makan. "Suruh Kang Atmadja nginep sini. Harus pokoknya!!" kata Amira pelan ke suaminya. "Emang kenapa?" tanya suaminya tidak mengerti. "Turutin aja Pa, demi Andini." Jojo ikut menambahi. Selama di kantor, Niko tidak konsentrasi bekerja. Dia sedang memikirkan Andini, bagaimana caranya agar Andini bisa menginap di Jakarta. Tumpukan berkas di atas mejanya belum dia sentuh sama sekali. Dia tidak semangat kerja, dia hanya ingin segera melihat Andini. "Kamu kerja apa ngelamun? Papa kasih kamu gaji gede bukan buat ngelamun," tegur Haris saat melihat Niko sedang menatap sesuatu tapi pikirannya melayang. "Papa apaan sih, ini juga lagi mikir pa," Niko membela diri. "Kamu nanti gantikan papa meeting. Papa mau ketemu ama Om Atmadja. Dia mau langsung ke tempat acara." "Loh, ga jadi mampir ke rumah pa?" "Ga jadi. Jangan lupa, gantikan papa meeting." Haris keluar dari ruangan Niko meninggalkan putranya yang sedikit uring-uringan. *** Niko tiba di rumah sudah hampir malam. Badannya sudah terlalu lelah. Dia hanya ingin mandi lalu tidur. Dari tadi mamanya menyuruh dia cepat pulang, tapi papanya masih menyuruhnya menemui klien. Niko masuk ke dalam rumahnya. Terdengar ada suara tawa dan ada orang berbincang. Sepertinya ada tamu. "Om Atmadja? Udah lama Om?" Sapa Niko saat tahu ada orang tua Andini di rumahnya. "Udah lumayan. Kamu baru dateng, kok rajin banget sih jam segini baru pulang?" kata Atmadja. "Lagi banyak kerjaan, om. Habis ketemu klien juga." "Niko ini kerja terus, jarang ada di rumah kang. Makanya mauku carikan jodoh biar betah di rumah." Tatapan Niko menyisir seluruh rumahnya. Dia mencari sosok gadis berkerudung panjang yang mencoba mengulik hatinya. Tapi gadis itu tidak di temui. "Apa Andini ga ikut ke sini?" kata Niko dalam hati. "Minum dulu airnya, Mas," terdengar suara merdu dari belakang Niko. Niko melihat seorang gadis berkerudung orange tua membawa sebuah gelas berisi air putih. Dan jangan lupa dia juga membawa senyum manis di wajahnya itu. "Oh makasih," ucap Niko berlagak dingin. Niko mengambil gelas di tangan Andini dan membawanya naik ke atas. Ya Niko naik ke kamarnya meninggalkan gadis itu sendirian. “Pasti bingung dia. Biarin aja, gak aku mau jual mahal!” gumam Niko pelan sambil menaiki tangga rumahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN