Sembilan Belas

1088 Kata
Ada apa dengan Ye-Jun? Alis Aida masih bertaut karena ia benar-benar bingung dengan Ye-Jun. Kenapa pria itu tiba-tiba memeluknya? Yah, memang Ye-Jun suaminya. Tapi selama ini Ye-Jun jarang sekali menyentuhnya, Ye-Jun menciumnya hanya saat pernikahaan mereka, dan memeluknya saat terakhir mereka di hotel. Selebihnya tidak. Bahkan Ye-Jun belum mengambil 'hak' nya sama sekali. Bisa di bilang Aida masih gadis sampai saat ini. Lalu sekarang di saat tadi pagi pria itu tiba-tiba marah-marah padanya, lalu sekarang pria ini malah terlihat lesu seperti ini, sambil memeluknya pula. Bukannya Aida tidak suka. Aida suka sangat suka malah di peluk pria tampan seperti Ye-Jun apalagi status Ye-Jun adalah suaminya sendiri. Aida hanya merasa bingung dan khawatir. Aida masih menepuk-nepuk punggung Ye-Jun pelan, tidak tahu harus bagaimana. Sebelum Aida menanyakan ada apa Ye-Jun sudah berbicara lebih dulu, "Besok kita menginap di rumah eomma ya. Kau tidak usah ke butik dulu besok." katanya dengan masih memeluk Aida. "Eh? Kenapa tiba-tiba?" Ye-Jun berdecak lalu melepaskan pelukannya. Pria itu menyentil dahi Aida. "Sudah jangan banyak tanya. Cepat kau berkemas. Syuuh! Syuuh!" "Apa sih, tadi peluk-peluk sekarang ngusir." katanya sambil cemberut. Aida bangun dari kasur Ye-Jun dan berjalan keluar. "Mau kemana?" "Kembali ke kamar Ai lah, kau bilangkan Aida harus berkemas." "Kemasi baju-baju ku dulu." kata Ye-Jun sambil kembali merebahkan dirinya di kasur. Aida berdecak kesal. Kenapa suaminya ini bisa seenaknya sekali sih. Tadi aja peluk-peluk, sekarang malah suruh-suruh. Lama-lama Ai goreng juga nih laki. Duh untung ganteng. Batin Aida. Aida berjalan mendekati lemari Ye-Jun yang sedikit lebih besar dari lemari baju di kamarnya sendiri. Aida mengambil koper berukuran sedang dan membuka koper itu sambil memikirkan berapa baju yang akan ia bawa. "Kita akan menginap berapa hari?" tanya Aida sambil membuka lemari baju Ye-Jun dan memilih baju mana saja yang akan di bawa. Ye-Jun bangun dan duduk di tepi kasur. Ia melihat punggung Aida beberapa saat, "Hanya tiga hari. Kau tidak masalah kan?" Aida melipat kedua tangannya di depan d**a lalu memiringkan kepalanya. Berpikir sejenak lalu mengangguk. "Tidak masalah." Ia melanjutkan membereskan memilih pakaian Ye-Jun untuk dibawa. Aida mengambil 2 pasang pakaian untuk jalan-jalan dan 2 pasang baju tidur yang biasa Ye-Jun pakai lalu Aida menaruh semua pakaian itu dengan rapih kedalam koper. Aida berjalan keluar kamar Ye-Jun dan beberapa menit kemudian masuk kembali sembari membawa tas travel size yang berisi perlengkapan mandi Ye-Jun yang selalu pria itu bawa setiap kali ia tour keluar kota atau keluar negeri untuk konser atau syuting. Aida kembali sibuk dengan koper Ye-Jun, memastikan semuanya sudah ia taruh di dalam sana. Karena Ye-Jun berubah sangat menyebalkan jika ada sesuatu atau ada barangnya yang tertinggal. Sekali lagi Aida memeriksa semua barang yang ada di koper lalu tersenyum puas. Ia menatap Ye-Jun yang masih duduk di kasurnya, "Semua sudah Aida rapihkan, hanya tinggal pakaian dalam mu saja yang belum. Kau bisa memasukkan nya sendiri kan?" Ye-Jun menaikan sebelah alisnya lalu mengeluarkan senyum miring menyebalkan nya. "Kenapa tidak sekalian saja kau yang masukkan? Aku malas." "Tidak mau! Buat apa Aida melihat pakaian dalam mu? Kau mau menodai mata Aida yang suci??" Ye-Jun mendengus geli, "Aku ini suami mu, nanti kau bukan hanya akan melihat pakaian dalam ku. Tapi kau melihat ju-" "Tidaaaakkkk!!" jerit Aida sambil menutup kuping nya dan berlari keluar dari kamar Ye-Jun. Ia tidak mau mendengar apapun lagi darinya! Telinga suci Aidaaaaaa!! Ye-Jun yang melihat istrinya lari sambil menutup kuping nya sontak langsung membuatnya tertawa keras sambil memegang perutnya karena sakit terlalu banyak tertawa. Bahkan hingga mengeluarkan air matanya. Perasaan beratnya tadi sedikit terobati dengan kehadiran Aida di sisinya. *** Baam! Aida menutup pintu kamarnya dengan keras. Wajahnya sudah memerah, pertama karena tadi ia berlari, kedua karena kata-kata Ye-Jun. Apanya yang akan Aida lihat semua?! Aida menjatuhkan dirinya di atas kasur dan membenamkan wajahnya di bantal. Tapi yang di katakan Ye-Jun benar. Mereka sudah menikah, cepat atau lambat mereka pasti akan melakukan itu. Aida akan melihat tubuh polos Ye-Jun sepenuhnya. Dan Aida pasti akan melihat 'itu'!. "Aaaaaaggghhh!! Dasar pria mesuumm!" teriaknya di bantal sembari menghentak-hentakkan kakinya. Aida membalikkan tubuhnya menghadap langit-langit kamarnya. Ia mengangkat tangannya yang terpasang cincin pernikahan Aida dan Ye-Jun. Ia kembali menatap langit-langit lalu mendesah pelan. Ia kembali bangun dari kasur nya lalu berjalan menuju lemari baju dan mengemas pakaiannya kedalam koper untuk ia bawa nanti. *** "Aidaaaa! Sudah belum? Kenapa lama sekali sih? Kalau tidak cepat-cepat kita bisa kesorean tiba di sana!" Aida memutar bola matanya, untuk kesekian kalinya ia sudah di teriaki oleh suaminya itu. "Sebentar! Bisa tidak sih kau sabar!" "Ck! Kau sudah berdandan dari sejam lalu tapi masih juga belum selesai?" tanya Ye-Jun kesal sambil membuka pintu kamar Aida. Aida sedikit kaget dengan kehadiran Ye-Jun yang tiba-tiba. Ia melihat pantulan suaminya itu dari kaca riasnya. "Hanya tinggal memakai lipstik dan anting. Kenapa buru-buru sekali sih? Santai saja oppa, santai" Aida mengerutkan keningnya melihat Ye-Jun yang tidak bergerak dari posisinya. "Oppa? Gwenchana?" tanyanya. Ye-Jun berdeham sambil sesekali melirik istrinya itu. "Tidak apa-apa. Sudah cepat. Aku tunggu di mobil." katanya sambil menutup pintu dan berlalu dari kamarnya. Aida mengedikan bahunya. Ia merapihkan dirinya sekali lagi, mengambil tas kecilnya dan memastikan dompet, ponsel, kunci rumah dan pouch makeup nya tidak tertinggal. Aida berlari kecil ke mobil dimana suaminya sudah menunggu. "Maaf lama hehe." kata Aida begitu ia masuk kedalam mobil. Tanpa menjawab apapun Ye-Jun langsung menginjak pedal gas mobilnya untuk pergi ke rumah orang tuanya. Selama di perjalanan tidak ada yang membuka suara satupun. Bukannya Aida tidak ingin mengobrol hanya saja sejak tadi ia berbicara panjang lebar dan bertanya pada Ye-Jun. Pria itu hanya diam. Hanya merespon dengan, gelengan, anggukan dan gedikan bahu saja. Membuat Aida jadi malas untuk melanjutkan obrolan. *** Aida merasa bahunya di goyang-goyangkan. Erangan protes keluar dari mulutnya. Aida membuka matanya pelan dan mengusap matanya dengan punggung tangan. "Aida ketiduran ya?" "Ck kau ini. Aku yang capek menyetir malah kau yang enak tidur. Sudah cepat bangun, kita sudah sampai." katanya sambil keluar dari mobil menuju bagasi belakang mobil untuk mengambil koper mereka. Setelah merapihkan penampilannya di kaca mobil, Aida pun keluar dari mobil dan membantu suaminya untuk mengambil koper dan tasnya. Ye-Jun menyerah kan tas berisi oleh-oleh pada Aida. Setelah mengeluarkan barang yang mereka bawa. Memastikan mobil mereka sudah terkunci. Ye-Jun langsung melingkaran tangannya di pinggang Aida sehingga membuat perempuan itu mengerutkan kening bingung lalu menatap Ye-Jun. Ye-Jun yang merasa dirinya di tatap langsung menatap Aida sambil menaikan sebelah alisnya, "Kenapa?" "Oppa sakit? Ini?" tanyanya sambil menunjuk tangan Ye-Jun yang melingkar di pinggangnya. Ye-Jun berdecak lalu menarik tubuh mungil istrinya erat. Aida mengedikan bahunya. Sudahlah, terima saja deh. Di peluk cowok cakep kok nolak. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN