Aida mengemudikan mobilnya dengan sedikit kencang, karena ia merasa kesal dan marah pada Ye-Jun yang membentaknya dan secara tidak langsung mengusir Aida.
Tanpa pikir panjang lagi ia langsung pergi dari rumah itu menuju butiknya, kalau ia langsung pergi ke rumah orang tuanya tanpa menghubungi lebih dulu pasti mamah lebih kepo. Apalagi Aida adalah tipe seorang anak yang selalu menceritakan masalah apa saja pada ibunya.
Jadi ia tidak akan yakin untuk tidak menjelek-jelekkan Ye-Jun di depan ibunya. Apalagi kalau beliau tahu anak perempuannya secara tidak langsung seperti di usir dari sana. Mereka pasti akan murka. Terutama kakak laki-lakinya itu.
Bagaiman pun Aida ingin masalah apapun dengan Ye-Jun biar lah ia hadapi sendiri. Toh ini rumah tangganya. Tidak terlihat baik jika apa-apa ia mengadu pada ibunya. Selama masih bisa untuk di atasi olehnya.
Jadi untuk kebaikan bersama, Aida memutuskan untuk menuju butiknya. Lagi pula tadi juga setelah sarapan ia ingin langsung kemari untuk mengerjakan beberapa hal karena ia baru di hubungi oleh pihak produksi kalau mereka akan mengirim stok model baju-baju terbaru ke toko butik Aida .
Walaupun ia belum lama tinggal di korea tapi dengan pekerjaan Aida sebagai seorang perancang busana di indonesia, sedikit membantunya dalam membuka usaha butik kecilnya ini.
Selain bekerja sama dengan para distributor baju-baju, terkadang ia menawarkan pada para pelanggan tetapnya jika mereka ingin membuat baju secara khusus, Aida bisa membuatkannya untuk mereka.
Dari berupa rancangan hingga selesai dalam bentuk pakaian siap di gunakan, dan dalam kurun waktu yang singkat saja ia mulai memiliki beberapa pelanggan tetap.
Aida memarkirkan mobilnya tepat di depan butiknya yang sudah rapi, dan tulisan Open penanda bahwa butik kecilnya itu buka pun sudah terpasang cantik di depan pintu.
Aida mengambil tas juga ponselnya dan keluar dari dalam mobil. Dan menutup pintunya dengan sedikit keras.
Ia melangkahkan kakinya ke butik, ketika ia membuka pintunya suara denting lonceng yang terpasang di atas pintu terdengar nyaring.
Yerin yang seperti biasa berada di balik meja kasir langsung berdiri dari tempat duduknya untuk menyambut tamu yang datang.
Aida langsung berjalan kearah wanita muda itu yang masih setia tersenyum padanya.
"Tumben Bu Aida pagi-pagi sudah datang. Biasanya selalu datang setelah makan siang?"
Aida tersenyum, "Karena akan ada beberapa baju dengan model baru yang datang kemari, juga masih ada laporan yang harus saya selesai kan. Oh ya, data baju-baju yang mau di kirim sudah kau buat?"
Yerin mengangguk sembari memberikan data yang sudah ia selesai kerjakan pada Aida. Aida membuka hasil print out laporannya itu dan memeriksanya sekilas.
Aida menganggukkan kepalanya lalu menatapa Yerin sambil tersenyum dan beranjak pergi dari sana menuju ruangan kerjanya.
Tepat setelah Aida masuk ruangannya dan mendudukkan pantatnya di kursi kerjanya, ponselnya berdering singkat. Ia mengambil ponselnya dari saku blezernya.
Ada satu notifikasi pesan dari Ye-Jun. Dengan malas dan tanpa melihat isi pesannya, ia menaruh kembali ponselnya itu di sampingnya.
Ia menyalakan komputer yang ada di depannya lalu membuka kembali laporan yang tadi di berikan oleh Yerin.
***
Ponselnya kembali berdering, entah sudah keberapa kalinya ponselnya itu berdering. Sejak jam makan siang ia sengaja meninggalkan ponselnya di kantor. Apalagi kalau bukan untuk menghindari panggilan Ye-Jun.
Lagi-lagi ponselnya kembali berdering. Aida melihat angka yang terdapat di jam tangannya lalu menghembusan nafas kesal, ia menyambar ponselnya itu, melihat nama Ye-Jun terlihat di layarnya. Ia mendengus lalu menggeser icon hijau, "hmmm... " Sapa Aida dengan malas.
"Dimana kau?! Kenapa tidak mengangkat panggilanku dari tadi?!"
"...."
"Ya! Apa kau mendengar ku?"
"...."
Ia mendengar Ye-Jun menghela nafas kasar. Pria itu berdeham untuk meredam rasa kesalnya, "Aku minta maaf soal tadi pagi. Aku...,tidak bermaksud untuk berkata seperti itu. Aku hanya marah pada seseorang dan melampiaskannya padamu. Aku benar-benar minta maaf. Aku mengirimi mu pesan permintaan maaf ku tapi tidak kau baca." ujarnya, "Kau ada dimana sekarang? aku akan menjemputmu." lanjutnya.
"Buat apa menjemput ku? Bukannya kau mengusir ku?" tanya Aida. Tentu saja ia masih kesal dengan perbuatan Ye-Jun. Ia tidak ingin semudah itu memaafkannya.
Lagi-lagi Aida mendengar Ye-Jun menghela nafas. Kali ini terdengar lebih memelas, "Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bermaksud sama sekali. Kau tahu...," pria itu menghela nafas lagi, "Aku... membutuhkan mu saat ini. Ku mohon...."
Aida mengerutkan dahinya, "Kau tidak apa-apa? Ada apa?" tanya Aida khawatir.
"Saat ini aku benar-benar membutuhkan mu. Ku mohon...,"
Tut!
Aida benar-benar khawatir dengan keadaan Ye-Jun. Setelah memastikan data laporannya tersimpan. Aida langsung mematikan komputernya, membereskan tasnya lalu meraih kunci mobil dan beranjak keluar dari ruang kantornya.
Tepat setelah ia keluar dari ruangannya ia melihat Yerin yang sudah menutup toko dan hendak ke ruangannya, "Baru saja aku mau ke ruangan mu. Ayo pulang." ajaknya.
"Yerin, maaf. Hari ini aku tidak bisa ikut makan malam. Suami ku terdengar aneh tadi. Dan aku benar-benar khawatir sekarang." jelas Aida sambil berlalu dengan terburu-buru tanpa menunggu jawaban Yerin.
Saat ini Aida benar-benar khawatir dengan Ye-Jun hingga melupakan rasa kesalnya pada pria itu.
Aida menuju mobilnya yang terparkir di depan, ia langsung masuk dan menyalakan mesin mobilnya. Aida menjalankan mobilnya dengan sedikit lebih cepat dari biasanya.
Sedari tadi ia sudah menghubungi nomor ponsel Ye-Jun namun pria itu tidak menjawabnya sama sekali yang membuat Aida semakin khawatir.
Setengah jam kemudian Aida tiba di rumah mereka. Ia langsung memarkirkan mobilnya di garasi. Dan dengan langkah cepat, ia keluar dari mobil.
Ia membuka pintu rumah dengan sedikit di banting, "YE-JUN! kau tidak apa-apa?! Kau di rumah?!" teriak Aida sambil melangkahkan kakinya kedalam rumah setelah mengunci pintu.
Aida terus mencari Ye-Jun namun tidak menemukan pria itu dimanapun. Begitu memeriksa kamar Ye-Jun, Aida melihat Ye-Jun tengah berbaring di ranjangnya masih dengan pakaian yang lengkap.
Seingat Aida tadi pagi Ye-Jun masih memakai piyamanya. Seperti nya pria itu habis dari suatu tempat.
Aida mendekati Ye-Jun yang tengah berbaring telentang dengan lengan yang menutup wajahnya. Ia menepuk pelan kaki Ye-Jun yang membuat pria itu kaget, namun helaan nafas lega begitu kentara terlihat.
Ye-Jun bangun dari posisi tidurnya, ia langsung membawa Aida dalam dekapannya. Tubuh Aida langsung menegang dengan pelukan tiba-tiba ini.
Dengan ragu-ragu ia membalas pelukan Ye-Jun dan menepuk-nepuk pelan punggungnya. Ia merasa tubuh Ye-Jun sedikit lebih rileks.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Aida lembut, tapi Ye-Jun tidak menjawab pertanyaan itu. Pria itu justru memeluk Aida lebih erat.
Aida mengerutkan keningnya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan suaminya ini?
Aida terus menepuk punggung Ye-Jun dengan lembut. Ia ingin membuat suaminya merasa tenang.
Ada apa denganmu Ye-Jun?
***