HUTAN SILVERWOOD Tobias memacu kudanya ke depan iring-iringan, menyamai kecepatan kuda yang di tunggani oleh Aelina. “Kita perlu berhenti untuk istirahat, Tuan Putri,” ucapnya ketika sudah berada di sebelah wanita itu. “Tidak! Kita sudah berhenti terlalu sering hanya untuk keperluan yang tidak penting. Roda gerobak patahlah… Kambing lepas lah… Sampai aku tidak habis pikir bagaimana bisa ada orang yang tersandung dan tercebur ke aliran sungai yang jaraknya beberapa meter dari jalan setapak. Apakah mereka berjalan dengan mata tertutup?” Aeline mengomel tak berhenti. “Tuan Putri… Aelina…,” Tobias menekankan kata ‘Aelina’ dengan nada rendah. Hal yang ia lakukan ketika ia tidak setuju akan keputusan wanita itu tapi tidak ingin menyinggungnya di depan umum. Pria itu melanjutkan, “… kau juga