Kevin menatap Marien dengan sinis, matanya seperti bara api yang siap membakar siapa saja yang mendekat. Di sampingnya, Marien terlihat sama sekali tidak peduli. Ia malah sibuk memeriksa kukunya, seolah Kevin hanyalah angin lalu. “Gara-gara kamu kita diusir!” seru Kevin, mendengus kasar. Wajahnya memerah, entah karena marah atau malu. Marien terkekeh pelan, suaranya terdengar seperti sengaja memancing emosi Kevin lebih dalam. “Oh, jadi ini salahku sekarang?” ucapnya ringan, sambil melayangkan tamparan kecil ke pipi Kevin. Sentuhan itu cukup untuk membuat Kevin semakin naik darah. “Jangan sentuh aku, Marien!” bentaknya sambil mundur selangkah. “Aku sudah membelikan mobil mainan untuk Zidan,” kata Marien, suaranya mendadak serius. “Dan kau malah membuat ribut dengan Tania! Sekara